JAKARTA – Sebuah unggahan di media sosial mengklaim bahwa Pulau Kalimantan bergerak mendekati Pulau Jawa dengan kecepatan 7 cm per tahun. Informasi yang dibagikan akun Instagram @balikpa******* pada Senin (17/2/2025) tersebut menyebutkan bahwa pergerakan ini disebabkan oleh dinamika lempeng tektonik bumi. Akun itu juga menyatakan bahwa dalam 10 juta tahun ke depan, kedua pulau tersebut dapat saling terhubung.
Namun, klaim tersebut dibantah oleh peneliti geologi dan kebencanaan dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Danny Hilman Natawidjaja. Menurutnya, tidak ada data ilmiah yang mendukung pernyataan bahwa Kalimantan bergerak mendekati Jawa.
“Setahu saya, tidak ada pergerakan seperti itu. Mungkin yang dimaksud adalah pergerakan tektonik dari data GPS, tetapi data GPS pun tidak menunjukkan pergerakan sebesar 7 cm per tahun,” ujar Hilman, Selasa (18/2/2025).
Hilman menjelaskan bahwa Kalimantan dan Jawa berada dalam satu lempeng tektonik yang sama, yaitu Lempeng Eurasia. Karena itu, tidak mungkin terjadi pergerakan signifikan antara kedua pulau tersebut.
“Kalimantan dan Jawa tidak terpisah oleh batas lempeng, sehingga tidak ada pergeseran tektonik yang menyebabkan pergerakan seperti itu,” tambahnya.
Lempeng Eurasia adalah lempeng tektonik yang mencakup sebagian besar wilayah Indonesia, termasuk Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Bali, Kepulauan Nusa Tenggara, dan Maluku.
Sementara itu, wilayah seperti Jawa dan Sumatera terletak di perbatasan lempeng, di mana Lempeng Indo-Australia bertabrakan dengan Lempeng Eurasia, menciptakan zona subduksi yang memicu gempa bumi dan aktivitas vulkanik.
Hilman menegaskan bahwa zona subduksi hanya terjadi di wilayah perbatasan lempeng, seperti di selatan Jawa dan barat Sumatera. “Zona subduksi inilah yang menghasilkan gempa megathrust akibat pergeseran lempeng. Namun, antara Jawa dan Kalimantan, atau Sumatera dan Kalimantan, tidak ada batas lempeng, sehingga tidak mungkin terjadi pergerakan seperti yang diklaim,” jelasnya.
Dia juga menambahkan bahwa pergerakan tektonik di wilayah Indonesia lebih banyak terjadi di daerah-daerah yang berada di dekat batas lempeng, seperti Jawa, Sumatera, dan Sulawesi. Sementara Kalimantan relatif stabil karena letaknya yang jauh dari zona subduksi dan patahan lempeng.
Hilman mengimbau masyarakat untuk tidak mudah percaya pada informasi yang beredar di media sosial tanpa verifikasi dari sumber terpercaya.
“Informasi seperti ini bisa menimbulkan kekhawatiran yang tidak perlu. Sebaiknya, masyarakat selalu memeriksa kebenaran informasi dari ahli atau institusi resmi,” pesannya.
Klaim bahwa Kalimantan bergerak mendekati Jawa hanyalah salah satu contoh hoaks yang beredar di media sosial. Masyarakat diharapkan lebih kritis dan selalu mencari informasi dari sumber yang dapat dipertanggungjawabkan, terutama terkait isu-isu sains dan kebencanaan. (*)
Dapatkan berita terbaru PRANALA.co di Google News dan bergabung di grup Whatsapp kami
Berita ini telah terbit di Kalimantan Bergerak Dekati Pulau Jawa 7 Sentimeter per Tahun? Ini Penjelasan Ahli