PENAJAM – Sidorejo merupakan salah satu desa transmigran gelombang pertama di Kalimantan Timur (Kaltim). Desa yang terletak di Kabupaten Penajam Paser Utara ini umumnya didominasi masyarakat Jawa. Tak heran jika nama desa ini terkesan Jawa sekali.
Untuk mengetahui lebih jauh soal Sidorejo, kami mampir ke kantor Kepala Desa. Tim langsung menemui Muhaji yang merupakan Kepala Desa Sidorejo.
Muhaji menerangkan, mulanya Sidorejo merupakan Dusun Kedungrejo yang merupakan bagian dari Kelurahan Petung. Desa Sidorejo sendiri baru lahir melalui pemekaran pada tahun 2010. Desa ini sendiri sudah menjadi kawasan transmigran sejak tahun 1957, termasuk program transmigrasi pertama di Kalimantan Timur.
“Setelah mekar dari Kelurahan Petung, 2010 alhamdulillah terbentuklah Desa Sidorejo. Desa transmigrasi sejak tahun 1957,” kata Muhaji saat berbincang dengan tim Jelajah Ibu Kota Baru, melansir detikcom.
Dia menuturkan, mayoritas penduduk desa Sidorejo adalah suku Jawa. Mereka datang dari program transmigrasi tahun 1957, ketika Indonesia masih dipimpin oleh Presiden Sukarno. Maka, tak heran bila nama desa ini diambil dari Bahasa Jawa.
“Dari situ berdasarkan rembukan, masyarakat sepakat memberi nama ‘Sidorejo’. Dalam arti, sido itu kan jadi. Sedangkan rejo itu makmur atau ramai. Mudah-mudahan dengan nama itu Sidorejo jadi ramai,” ungkapnya.
Sidorejo memiliki jumlah penduduk sekitar 2.600 orang. Sedangkan jumlah Kepala Keluarga (KK) mencapai 602. Umumnya, mata pencaharian penduduk Sidorejo adalah bertani.
Tingkat pendidikan masyarakat Sidorejo cukup merata. Tak hanya lulusan SD, di Sidorejo juga sudah banyak yang mengenyam pendidikan sampai tingkat S1.
Dia lantas bercerita tentang kondisi Sidorejo ketika masih menjadi Dusun Kedungrejo. Kala itu, kondisi lingkungannya masih rawa-rawa. Dia juga mengisahkan perjuangan para transmigran tahun 1957 di Sidorejo.
“Dulu ini rawa semua. Kalau cerita orang tua dulu, masuk jalan sini aja masih pakai knepel. Jadi goyang-goyang. Maka dari itu, kondisi air di sini tidak seperti di Jawa, airnya warnanya merah,” tuturnya.
Untuk diketahui, knepel adalah jalan yang dibuat dari bongkahan kayu. Umumnya knepel ini dipakai sebagai jalan di hutan industri.
Karena kondisi lingkungan yang masih rawa dan hutan belantara, Muhaji mengatakan saat itu para transmigran yang ingin bercocok tanam masih sangat sulit. Bahkan, tak sedikit para transmigran tak kerasan.
“Bercocok tanam itu yang susah karena rawa. Ada yang karena nggak kerasan, ya balik,” kata Muhaji berdasarkan cerita-cerita para sesepuh di Sidorejo.
Menariknya, walaupun susah bercocok tanam, ikan air tawar cukup mudah didapatkan saat itu, “Kan rawa, dulu ngelempar pancing di lempar dari jendela, ikan lele sebesar tangan dapat,” imbuhnya.
Beruntung, kata Muhaji, pada tahun-tahun pertama para transmigran mendapatkan pasokan bahan makanan dari pemerintah. Dari mulai jatah beras sampai ikan asin.
Informasi terkait Desa Sidorejo sebagai desa program transmigrasi pertama di Kalimantan Timur ini dibenarkan oleh Kepala Dinas Kominfo PPU, Budi Santoso. Dia juga merinci beberap desa-desa transmigrasi lain di PPU.
“Ya, Sidorejo itu desa program transmigrasi pertama di Kaltim. Benar, terus diikuti desa lainnya seperti Girimukti, Argomulyo, dan Semoi Dua yang ada di Kecamatan Sepaku,” kata Budi Santoso.
Desa Sidorejo terus mengembangkan dirinya. Pembangunan di sana-sini terus dilakukan. Apalagi, sebentar lagi Ibu kota baru akan segera dibangun di Penajam Paser Utara. Secara tak langsung desa ini diharapkan terkena imbas baiknya. [rud]