SMAN 10 Samarinda Ditunjuk jadi Sekolah Garuda, Apa Keunggulannya?

Redaksi
20 Jun 2025 19:13
2 menit membaca

SAMARINDA – SMAN 10 Samarinda resmi ditetapkan sebagai satu dari 12 sekolah pertama yang dipilih pemerintah untuk ditransformasi menjadi Sekolah Garuda. Bukan sekolah biasa. Tapi lembaga pendidikan unggulan yang disiapkan untuk mencetak talenta STEM kelas dunia.

Bukan lewat pembangunan gedung. Tapi lewat revolusi ekosistem belajar. Mulai dari kurikulum, guru, fasilitas, hingga pola pikir siswa.

Sekolah Garuda adalah program unggulan Presiden Prabowo Subianto, masuk dalam paket “Hasil Terbaik Cepat” alias Quick Win 2025. Targetnya sederhana tapi menantang: menjaring bibit unggul sains dan teknologi dari seluruh penjuru negeri. Dari kota besar hingga pelosok. Inklusif. Tak pandang status sosial.

Mereka tidak hanya menilai bangunan. Tapi menelusuri rekam jejak sekolah. Mulai dari sistem manajemen, prestasi akademik, SDM, sarana prasarana, hingga kerja sama internasional.

Transformasi ini bukan hanya soal plakat di gerbang sekolah. Tapi soal pembentukan ekosistem sains dan teknologi modern. Sekolah Garuda diminta menyiapkan siswanya bukan hanya untuk lulus. Tapi untuk bersaing di universitas terbaik dunia.

“Kami ingin murid-murid siap bersaing ke MIT, Harvard, Tokyo University, bahkan ITB dan UI,” ujar Stella Christie, Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi.

Untuk itu, pendekatannya menyeluruh. Guru dan tenaga kependidikan juga dilatih ulang. Cara mengajar diperbarui. Sistem pembelajaran dimodernisasi. Fokusnya ke STEM: Science, Technology, Engineering, dan Mathematics.

Tak semua sekolah bisa ikut. Hanya yang punya rekam jejak kuat. Minimal, sudah berasrama, punya akses pendidikan inklusif, dan memiliki siswa berprestasi di tingkat nasional maupun internasional.

Sekolah juga harus bersih dari kasus hukum, dan berada di wilayah yang mencerminkan prinsip pemerataan. Termasuk daerah tertinggal.

“Kita ingin anak-anak di luar Jawa juga punya kesempatan yang sama,” kata Stella Christie.

Program ini tak mengubah struktur kurikulum nasional. Tapi akan menyuntikkan pembimbingan intensif, pelatihan guru, hingga sistem manajemen yang lebih visioner.

Pendampingan juga mencakup persiapan aplikasi ke kampus luar negeri, yang selama ini masih menjadi momok banyak sekolah menengah di Indonesia.

“Kami ingin bantu bukan cuma dari sisi akademik, tapi juga strategi,” kata Ardi Findyartini, Direktur Strategi dan Sistem Pembelajaran Transformatif.

Ketika program ini tuntas, bukan tidak mungkin anak-anak Samarinda akan duduk di kelas yang sama dengan mahasiswa dari Boston, Tokyo, atau Berlin. Mereka tak perlu pindah kota untuk bermimpi besar. Karena sekolahnya sendiri sudah jadi pintu ke sana.

[DIAS]

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

@media print { .c-float-ad-left { display: none !important; } .c-float-ad-right { display: none !important; } .c-author { display: none !important; } } .c-float-ad-left { display: none !important; } .c-float-ad-right { display: none !important; } .c-author { display: none !important; } .c-also-read { display: none !important; } .single-post figure.post-image { margin: 30px 0 25px; } #pf-content img.mediumImage, #pf-content figure.mediumImage { display: none !important; }