Masalah Banjir Kukar dan Samarinda Perlu Sinergi Semua Pihak

Redaksi
27 Mei 2025 18:43
2 menit membaca

SAMARINDA – Air kembali naik di Samarinda dan Kukar. Jalanan tergenang. Rumah-rumah warga kemasukan air. Anak-anak bermain di genangan. Sementara orang dewasa mulai sibuk menaruh barang ke tempat yang lebih tinggi.

Ini bukan pertama. Juga bukan yang terakhir. Dan seperti biasa, setelahnya muncul pertanyaan yang sama: siapa yang salah?

Anggota DPRD Kaltim, Akhmed Reza Fachlevi, tidak ingin ikut dalam kebiasaan saling tunjuk jari. Ia justru mengajak semua pihak duduk bersama. Merenung. Lalu bergerak.

“Banjir ini bukan semata karena hujan. Tapi juga karena kita sendiri yang mengikis ruang hijau,” ujarnya saat ditemui di Samarinda, Selasa (27/5/2025).

Dulu, Samarinda dan Kukar punya banyak daerah resapan. Sekarang, banyak yang berubah jadi perumahan, ruko, dan kawasan industri. Lahan hijau menyusut. Hutan kota tinggal nama.

Air pun tak lagi punya tempat kembali ke tanah. Ia memilih naik ke permukaan, mengalir liar, lalu masuk ke rumah-rumah warga.

“Geografis kita juga menantang. Banyak daerah yang sekarang berada di bawah permukaan sungai. Tapi itu bukan alasan untuk menyerah,” kata Reza.

Masalah lainnya: saluran air. Drainase yang sempit, tersumbat sampah, atau sudah tak mampu menampung volume air hujan.

Kondisi ini diperparah perilaku warganya sendiri. Masih banyak yang membuang sampah sembarangan. Seolah parit dan sungai adalah tempat sampah raksasa.

Reza menegaskan: membenahi drainase penting. Tapi mengubah pola pikir masyarakat jauh lebih penting.

Banjir ini bukan cuma soal pembangunan, tapi soal kesadaran. Kita harus sadar bahwa menjaga lingkungan adalah tanggung jawab bersama, bukan hanya pemerintah,” ucapnya.

Menurutnya, masyarakat bisa mulai dari hal sederhana: tidak buang sampah sembarangan, ikut menanam pohon, dan aktif dalam gerakan kebersihan lingkungan.

Dalam masalah banjir, sinergi adalah kata kunci. Pemerintah membenahi infrastruktur. Warga menjaga lingkungan. Dunia usaha ikut serta dalam penghijauan. Semua punya peran.

“Kita tidak bisa menyelesaikan banjir ini dengan saling menyalahkan. Kita butuh gotong royong, butuh kemauan untuk berubah,” tutup Reza. [ADS]

2 Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

@media print { .c-float-ad-left { display: none !important; } .c-float-ad-right { display: none !important; } .c-author { display: none !important; } } .c-float-ad-left { display: none !important; } .c-float-ad-right { display: none !important; } .c-author { display: none !important; } .c-also-read { display: none !important; } .single-post figure.post-image { margin: 30px 0 25px; } #pf-content img.mediumImage, #pf-content figure.mediumImage { display: none !important; }