KALTIM — Pemerintah Iran secara resmi mengimbau warganya untuk tidak menggunakan WhatsApp di perangkat mereka. Larangan ini disampaikan melalui siaran televisi nasional yang disiarkan Islamic Republic News Agency (IRNA), Senin (23/6/2025).
Alasan di balik perintah ini cukup mengejutkan. Otoritas Iran menuding WhatsApp digunakan oleh Israel untuk mengumpulkan data pengguna, termasuk lokasi dan konten pribadi, yang kemudian berpotensi digunakan dalam konflik militer.
“Mereka menggunakan informasi di ponsel Anda, lokasi Anda, dan konten yang Anda bagikan. Meskipun bersifat pribadi, data itu bisa diakses,” ujar pembawa acara IRNA dalam siaran langsung.
Iran menilai, banyak warganya memiliki kerabat yang bekerja di fasilitas nuklir atau tinggal di sekitar area sensitif tersebut. Pemerintah khawatir data pribadi itu bisa dimanfaatkan untuk menyerang lokasi strategis.
Karena itu, warga diimbau menggunakan aplikasi pesan buatan lokal yang dianggap lebih aman dan tidak terhubung dengan pihak asing.
Namun, hingga kini Iran belum menyampaikan bukti konkret bahwa WhatsApp benar-benar membocorkan informasi penggunanya ke pihak luar, apalagi ke Israel.
Menanggapi tuduhan itu, pihak WhatsApp langsung memberikan klarifikasi. Mereka menyebut pernyataan pemerintah Iran sebagai informasi yang salah.
“Kami tidak melacak lokasi Anda secara tepat. Kami tidak menyimpan log siapa mengirim pesan ke siapa. Dan kami tidak mengakses isi pesan pribadi siapa pun,” tulis WhatsApp dalam pernyataan resminya.
WhatsApp menegaskan bahwa privasi pengguna adalah prioritas utama, dan mereka tidak pernah memberikan data kepada pemerintah manapun, termasuk dalam kondisi geopolitik yang tegang.
Perlu diketahui, WhatsApp sebenarnya sudah diblokir di Iran sejak tahun 2022. Namun, banyak warga yang tetap mengaksesnya menggunakan VPN.
Larangan terbaru ini muncul setelah Iran mengalami pemadaman internet nasional hampir total, disertai gangguan jaringan di beberapa wilayah. Situasi ini terjadi di tengah meningkatnya ketegangan militer antara Iran dan Israel.
WhatsApp, yang berada di bawah naungan Meta, menegaskan bahwa mereka selalu menjunjung prinsip transparansi dalam pelaporan data.
“Selama lebih dari satu dekade, kami konsisten menjaga kebijakan privasi pengguna. Laporan informasi hanya diberikan secara terbatas dan tidak pernah menyentuh isi pesan,” ujar perwakilan Meta.
Meta juga menyatakan kekhawatiran bahwa tuduhan seperti ini bisa menjadi alasan pemerintah untuk memblokir lebih luas layanan komunikasi bebas di Iran.
[RED/JUN]
Tidak ada komentar