BONTANG – Pemerintah Kota Bontang melalui Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) terus mendorong percepatan hilirisasi industri kimia dan kondensat sebagai strategi memperkuat struktur industri nasional.
Upaya ini sekaligus membuka peluang ekonomi baru bagi masyarakat, termasuk petani garam di Bontang.
Wilayah Bontang selama ini dikenal sebagai kawasan terminal industri kimia, yang menjadi lokasi berbagai pabrik besar.
Di antaranya adalah PT Badak LNG sebagai produsen gas alam cair dan PT Pupuk Kaltim yang memproduksi pupuk.
Dalam perkembangannya, kawasan ini juga menghasilkan produk industri lain seperti amonia, metanol, dan ammonium nitrat melalui PT Kaltim Ammonium Nitrat (KAN) serta PT Black Bear.
Analis Kebijakan Ahli Madya DPMPTSP Bontang, Karel, menjelaskan seluruh industri kimia tersebut sebagian besar bersumber dari gas alam yang dipasok dari wilayah Kutai Kartanegara, khususnya Muara Badak, serta dua sumur gas di Bontang yang ditemukan pada tahun 1999–2000.
Saat ini, pemerintah pusat gencar mendorong hilirisasi agar industri tidak berhenti pada produk setengah jadi, tetapi mampu memproduksi barang jadi.
Salah satu rencana yang sedang dikaji adalah pembangunan industri Amin Acid dan Fatty Acid, yang menjadi bahan baku pembuatan parfum dan kosmetik. Bahan-bahan ini berasal dari kombinasi sawit, metanol, dan amonia.
“Ini peluang besar karena selama ini kita lebih banyak mengekspor bahan baku, sementara produk jadinya justru kita impor, seperti parfum dan deterjen,” ungkap Karel.
Selain itu, PT Pupuk Kaltim bersama konsorsium Pupuk Indonesia kini juga tengah mempersiapkan pembangunan pabrik Soda Ash.
Produk soda ash ini menjadi bahan baku utama dalam berbagai industri hilir seperti deterjen, kosmetik, pengawet makanan, tekstil, hingga peralatan rumah tangga berbahan plastik dan melamin.
“Kebutuhan soda ash nasional masih sangat tinggi. Kita masih mengimpor lebih dari 50 persen kebutuhan nasional. Pembangunan pabrik ini tentu menjadi peluang besar untuk menekan impor dan membuka banyak lapangan kerja baru,” kata Karel.
Yang menarik, bahan baku soda ash berupa garam dan amonia membuka peluang ekonomi bagi masyarakat lokal.
Karel menegaskan, kehadiran industri soda ash dapat menjadi pintu masuk petani garam di Bontang untuk terlibat dalam rantai pasok industri tersebut.
“Sebenarnya ini menjadi peluang bagi petani garam di Bontang, kalau ada yang mau mengembangkan usaha garam untuk mendukung kebutuhan bahan baku,” pungkasnya.
[ADS/ZUHAJI]
Tidak ada komentar