Patroli WAJAR di Satimpo, Momen Penting Bangun Budaya Belajar Malam di Bontang

Redaksi
26 Mei 2025 12:23
2 menit membaca

BONTANG – Hari mulai gelap. Jarum jam menunjukkan pukul 19.00 WITA. Satu per satu petugas keluar dari Kantor Lurah Satimpo, Bontang. Mereka tak membawa senjata. Hanya membawa selebaran dan suara yang hangat—suara yang mengingatkan.

Di bawah cahaya lampu jalan, rombongan patroli gabungan mulai menyusuri tiga titik keramaian di Kelurahan Satimpo: Pujasera Alfalah, Pujasera Hop 1, dan sebuah kafe di wilayah HM Ardans.

Malam itu, Minggu (25/5), bukan malam biasa. Kelurahan Satimpo sedang mengingatkan warganya bahwa pukul 7 hingga 9 malam adalah waktu sakral: waktu belajar di rumah.

Program ini bukan baru. Namanya WAJAR—Wajib Belajar. Payung hukumnya sudah ada sejak Perwali No. 8 Tahun 2008. Tapi sebagaimana banyak peraturan baik lainnya, yang sulit itu bukan membuatnya, melainkan menjalankannya. Apalagi di tengah budaya nongkrong yang kian jadi gaya hidup.

Lurah Satimpo Maryono, memimpin langsung patroli edukatif ini. Turut serta Babinkamtibmas, Linmas, Satpol PP, Dinas Kominfo, Disprindakop, hingga beberapa tokoh masyarakat. Mereka tidak menggerebek. Tidak pula menyita. Yang mereka lakukan hanya satu: mengingatkan.

Pesannya sederhana. Anak-anak harus belajar. Orang tua diminta mendampingi. Bukan malah sibuk di luar rumah ketika waktu belajar berlangsung.

Program WAJAR ini bukan sekadar aturan. Ini investasi jangka panjang untuk mencetak generasi cerdas dan berkarakter,” ujar Maryono.

Dalam setiap titik, petugas menyampaikan imbauan dengan pendekatan humanis. Mereka tidak menyuruh bubar, tapi mengajak pulang. Karena di rumah, anak-anak sedang menanti bimbingan.

WAJAR bukan program instan. Ia adalah proses panjang. Maka, tidak cukup hanya sekali. Tidak cukup hanya dengan surat edaran. Perlu langkah-langkah kecil tapi konsisten. Seperti malam itu, ketika sekelompok orang berjalan di antara keramaian demi sebuah pesan: anak-anak butuh perhatian, bukan hanya fasilitas.

Lewat patroli ini, Satimpo sedang mengajak semua pihak untuk terlibat. Sekolah tak bisa sendirian. Orang tua pun begitu. Maka pemerintah turun tangan. Bukan sebagai polisi, tapi sebagai pengingat. Bahwa generasi cerdas tidak lahir dari ruang kelas semata, tapi dari rumah yang sadar pentingnya belajar. [RED]

2 Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

@media print { .c-float-ad-left { display: none !important; } .c-float-ad-right { display: none !important; } .c-author { display: none !important; } } .c-float-ad-left { display: none !important; } .c-float-ad-right { display: none !important; } .c-author { display: none !important; } .c-also-read { display: none !important; } .single-post figure.post-image { margin: 30px 0 25px; } #pf-content img.mediumImage, #pf-content figure.mediumImage { display: none !important; }