04 Februari 2023 - 08:15
Search
Close
  • Home
  • Kaltim
    • Samarinda
    • Bontang
    • Balikpapan
  • Nasional
  • Internasional
  • Olahraga
  • Ragam
  • Visual
    • Videografi
    • Infografis
  • Kolom
Menu
  • Home
  • Kaltim
    • Samarinda
    • Bontang
    • Balikpapan
  • Nasional
  • Internasional
  • Olahraga
  • Ragam
  • Visual
    • Videografi
    • Infografis
  • Kolom
04 Februari 2023 - 08:15
Search
Close
  • Home
  • Kaltim
    • Samarinda
    • Bontang
    • Balikpapan
  • Nasional
  • Internasional
  • Olahraga
  • Ragam
  • Visual
    • Videografi
    • Infografis
  • Kolom
  • Home
  • Kaltim
    • Samarinda
    • Bontang
    • Balikpapan
  • Nasional
  • Internasional
  • Olahraga
  • Ragam
  • Visual
    • Videografi
    • Infografis
  • Kolom
Search
Close
  • Home
  • Kaltim
    • Samarinda
    • Bontang
    • Balikpapan
  • Nasional
  • Internasional
  • Olahraga
  • Ragam
  • Visual
    • Videografi
    • Infografis
  • Kolom
  • Home
  • Kaltim
    • Samarinda
    • Bontang
    • Balikpapan
  • Nasional
  • Internasional
  • Olahraga
  • Ragam
  • Visual
    • Videografi
    • Infografis
  • Kolom
Home Kolom

Selepas Rasulullah SAW

Selepas Rasulullah SAW

Berlomba-lomba Mudik sebelum Dilarang

Suriadi Said, Ketua PWI Bontang.

Bagikan:

RedaksibyRedaksi
6 Mei 2021 | 13:03

DAPATKAH seorang pemimpin di zaman ini seperti dia? Dalam riwayat, dikisahkan bagiaman dia hidup. Rumahnya batu bata tak dibakar. Atapnya dahan pohon palma. Ia menambal bajunya sendiri. Atau memperbaiki alas kakinya yang rusak. Dia memasang tungku di dapurnya, menyapu lantai rumahnya. Ia memerah susu dari domba dengan tanganya sendiri. Dan hanya memakan apa yang mudah.

Dia mengunjungi yang sakit. Menyertai iringan jenazah siapa pun yang wafat. Ia menerima undangan seorang hamba untuk bersantap, dan tak minta bantuan orang lain bila dia kuat melakukan kerja itu sendiri.

BacaJuga

LBH Alvin

Berlomba-lomba Mudik sebelum Dilarang

Menjalani Tak Pasti, Sakitnya Tuh di Sini!

Dapatkah seorang pemimpin di zaman ini seperti dia? Orang Islam meyakini Muhammad SAW adalah nabi terakhir.

Zaman kita sekarang memang nampaknya telah tidak memungkin adanya nabi-nabi baru. Tokoh yang sangat mulia pun akan dianalisa begitu rupa. Hingga akhirnya, bisa tampil dengan motif yang kabur: suatu pernyataan frustasi masa kecil atau sublimasi dari hasrat yang tak sepenuhnya disadari.

Jika tidak, ia hanya akan muncul sebagai segala sesuatu keadaan sosial. Maka hanya mereka yang naif, yang sangat kangen akan pahlawan – serta para remaja yang bergairah – yang masih benar-benar “mabuk” akan seorang idola.

Mahatma Gandhi, atau Madame Blavatsky, Mao ataupun Ayatullah Khomeini: mereka semua punya pengikut dan pemuja yang banyak. Tapi akhirnya, terbatas. Mereka toh tak lagi hidup dalam “The Age of Faith”.

Kini kita mempersoalkan sendiri kemampuan kita untuk menjawab segala soal yang muncul. Bukan Cuma wibawa kepimpinan social dan rohani yang mudah diguncang. Institusi ajaran juga merasa perlu hidup berhati-hati, sejak bumi dan matahari ditemukan lain tanpa Bahasa kitab suci.

Pada 24 Maret 1543, Copernicus membaca judul buku pertama tentang teorinya, beberapa saat sebelum meninggal. Konon, dia pernah ragu untuk menerbitkan teorinya. Ia tak ingin secara terbuka bertentangan dengan Gereja. Dia pernah berpikir tidaklah lebih baik dia hanya menyiarkan “Rahasia filsafat tidak dalam bentuk tulisan, melainkan lisan”. Tapi ketika ia akhirnya membaca judul buku itu, ia senyum, lalu wafat.

Dan segala “rahasia filsafat” pun kian lama mudah tersebar. Perdebatan meluas, dan makin tidak mudah diputuskan.

Tak mengherankan, jika ada yang melihat perkembangan ini sebagai kemunduran belaka. Jika bandingannya adalah masa yang lebih bermukjizat dan menjamin ketentraman batin, memang zaman ini terasa lebih risau. **

 

Ditulis: Suriadi Said
Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI Bontang)

Tags: OpiniRasulullah SAW

Bagikan:

SAMARINDA

Raperda RTRW Kota Samarinda Dibahas Lagi
Samarinda

Raperda RTRW Kota Samarinda Dibahas Lagi

3 Februari 2023 | 12:49
Warga Usulkan Pembangunan TPU di Sido Damai Samarinda

Warga Usulkan Pembangunan TPU di Sido Damai Samarinda

by Redaksi
2 Februari 2023 | 06:33

Markaca Jaring Aspirasi Warga Sungai Kapih, Samarinda

Markaca Jaring Aspirasi Warga Sungai Kapih, Samarinda

by Redaksi
2 Februari 2023 | 00:28

Aturan Tempat Parkir di Samarinda bakal Disusun

Aturan Tempat Parkir di Samarinda bakal Disusun

by Redaksi
31 Januari 2023 | 15:39

DPRD Samarinda Rumuskan Perda Minuman Alkohol Tahun Ini

DPRD Samarinda Rumuskan Perda Minuman Alkohol Tahun Ini

by Redaksi
31 Januari 2023 | 07:50

Home Kolom

Selepas Rasulullah SAW

Selepas Rasulullah SAW

Berlomba-lomba Mudik sebelum Dilarang

Suriadi Said, Ketua PWI Bontang.

Bagikan:

RedaksibyRedaksi
6 Mei 2021 | 13:03

DAPATKAH seorang pemimpin di zaman ini seperti dia? Dalam riwayat, dikisahkan bagiaman dia hidup. Rumahnya batu bata tak dibakar. Atapnya dahan pohon palma. Ia menambal bajunya sendiri. Atau memperbaiki alas kakinya yang rusak. Dia memasang tungku di dapurnya, menyapu lantai rumahnya. Ia memerah susu dari domba dengan tanganya sendiri. Dan hanya memakan apa yang mudah.

Dia mengunjungi yang sakit. Menyertai iringan jenazah siapa pun yang wafat. Ia menerima undangan seorang hamba untuk bersantap, dan tak minta bantuan orang lain bila dia kuat melakukan kerja itu sendiri.

BacaJuga

LBH Alvin

Berlomba-lomba Mudik sebelum Dilarang

Menjalani Tak Pasti, Sakitnya Tuh di Sini!

Dapatkah seorang pemimpin di zaman ini seperti dia? Orang Islam meyakini Muhammad SAW adalah nabi terakhir.

Zaman kita sekarang memang nampaknya telah tidak memungkin adanya nabi-nabi baru. Tokoh yang sangat mulia pun akan dianalisa begitu rupa. Hingga akhirnya, bisa tampil dengan motif yang kabur: suatu pernyataan frustasi masa kecil atau sublimasi dari hasrat yang tak sepenuhnya disadari.

Jika tidak, ia hanya akan muncul sebagai segala sesuatu keadaan sosial. Maka hanya mereka yang naif, yang sangat kangen akan pahlawan – serta para remaja yang bergairah – yang masih benar-benar “mabuk” akan seorang idola.

Mahatma Gandhi, atau Madame Blavatsky, Mao ataupun Ayatullah Khomeini: mereka semua punya pengikut dan pemuja yang banyak. Tapi akhirnya, terbatas. Mereka toh tak lagi hidup dalam “The Age of Faith”.

Kini kita mempersoalkan sendiri kemampuan kita untuk menjawab segala soal yang muncul. Bukan Cuma wibawa kepimpinan social dan rohani yang mudah diguncang. Institusi ajaran juga merasa perlu hidup berhati-hati, sejak bumi dan matahari ditemukan lain tanpa Bahasa kitab suci.

Pada 24 Maret 1543, Copernicus membaca judul buku pertama tentang teorinya, beberapa saat sebelum meninggal. Konon, dia pernah ragu untuk menerbitkan teorinya. Ia tak ingin secara terbuka bertentangan dengan Gereja. Dia pernah berpikir tidaklah lebih baik dia hanya menyiarkan “Rahasia filsafat tidak dalam bentuk tulisan, melainkan lisan”. Tapi ketika ia akhirnya membaca judul buku itu, ia senyum, lalu wafat.

Dan segala “rahasia filsafat” pun kian lama mudah tersebar. Perdebatan meluas, dan makin tidak mudah diputuskan.

Tak mengherankan, jika ada yang melihat perkembangan ini sebagai kemunduran belaka. Jika bandingannya adalah masa yang lebih bermukjizat dan menjamin ketentraman batin, memang zaman ini terasa lebih risau. **

 

Ditulis: Suriadi Said
Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI Bontang)

Tags: OpiniRasulullah SAW

Bagikan:

Tentang Kami

Redaksi

Pedoman Siber

Privacy Policy

Disclaimer

Tentang Kami  |  Redaksi  |  Pedoman Siber

Privacy Policy  |  Dislaimer

COPYRIGHT © 2023 NEWSBORNEO.ID, ALL RIGHT RESERVED
Managed by Aydan Putra

Add New Playlist

04 Februari 2023 - 08:15

Kanal

Home

Kaltim

    Samarinda

    Balikpapan

    Bontang

Nasional

Internasional

Olahraga

Ragam

Visual

    Videografi

    Infografis

Kolom

About Us | Pedoman Siber | Disclaimer