KALTIM — Gubernur Kaltim Kalimantan Timur, Rudy Mas’ud punya cara tak biasa untuk menyerap aspirasi masyarakat.
Pekan lalu, ia memilih menyetir sendiri mobil dinasnya dari Samarinda ke Kutai Barat. Perjalanan sejauh 320 kilometer itu jadi pengalaman berharga.
“Saya bawa sendiri kendaraannya. Supaya tahu betul apa yang dirasakan masyarakat,” kata Gubernur Harum saat bertemu pelaku usaha tambang dan migas di Jakarta, Kamis (26/6/2025).
Dari pengamatannya, kerusakan jalan paling parah terjadi di wilayah perbatasan Kutai Kartanegara dan Kutai Barat. Tepatnya di jalur Perian sampai Barong Tongkok.
Menurutnya, kerusakan ini bukan disebabkan oleh aktivitas sawit. “Yang bikin jalan rusak itu angkutan alat berat pertambangan,” tegasnya.
Gubernur menyebut, beban alat berat yang melintasi jalan umum sangat tinggi. Satu unit trailer (long bed) bisa mengangkut excavator PC 210 seberat 21 ton. Totalnya mencapai 40 ton.
Kalau yang diangkut PC 330, beban jadi 50 ton. Kalau PC 400, bisa tembus 60 ton.
“Sepanjang jalan dilintasi alat berat, sepanjang itu pula jalan rusak,” jelas Gubernur Kaltim.
Untuk mengatasi masalah ini, Gubernur Kaltim langsung berkoordinasi dengan Kapolda Kaltim. Ia meminta agar seluruh angkutan alat berat tidak lagi lewat jalur darat.
“Gunakan jalur sungai atau laut. Jangan rusak jalan nasional, provinsi, dan kabupaten,” tegasnya.
Instruksi ini berlaku untuk seluruh wilayah Kaltim — wilayah tengah, utara, dan selatan.
Meski menyoroti dampak angkutan tambang, Gubernur Harum tetap menegaskan bahwa Pemprov Kaltim akan melindungi investasi pertambangan.
Namun, ia meminta perusahaan juga ikut bertanggung jawab menjaga infrastruktur.
“Kami dukung investasi tetap eksis. Tapi jangan biarkan jalan rakyat rusak terus-menerus,” tegas Gubernur Kaltim.
[DIAS/RIL]
Tidak ada komentar