04 Februari 2023 - 00:24
Search
Close
  • Home
  • Kaltim
    • Samarinda
    • Bontang
    • Balikpapan
  • Nasional
  • Internasional
  • Olahraga
  • Ragam
  • Visual
    • Videografi
    • Infografis
  • Kolom
Menu
  • Home
  • Kaltim
    • Samarinda
    • Bontang
    • Balikpapan
  • Nasional
  • Internasional
  • Olahraga
  • Ragam
  • Visual
    • Videografi
    • Infografis
  • Kolom
04 Februari 2023 - 00:24
Search
Close
  • Home
  • Kaltim
    • Samarinda
    • Bontang
    • Balikpapan
  • Nasional
  • Internasional
  • Olahraga
  • Ragam
  • Visual
    • Videografi
    • Infografis
  • Kolom
  • Home
  • Kaltim
    • Samarinda
    • Bontang
    • Balikpapan
  • Nasional
  • Internasional
  • Olahraga
  • Ragam
  • Visual
    • Videografi
    • Infografis
  • Kolom
Search
Close
  • Home
  • Kaltim
    • Samarinda
    • Bontang
    • Balikpapan
  • Nasional
  • Internasional
  • Olahraga
  • Ragam
  • Visual
    • Videografi
    • Infografis
  • Kolom
  • Home
  • Kaltim
    • Samarinda
    • Bontang
    • Balikpapan
  • Nasional
  • Internasional
  • Olahraga
  • Ragam
  • Visual
    • Videografi
    • Infografis
  • Kolom
Home Kaltim

Tahi Lala, Jengkol Khas Kalimantan, Pernah Coba?

Tahi Lala, Jengkol Khas Kalimantan, Pernah Coba?

Tahi Lala, Jengkol Khas Kalimantan, Pernah Coba?

Bagikan:

RedaksibyRedaksi
30 September 2021 | 19:23

newsborneo.id – Sejauh ini, barangkali jengkol identik dengan kuliner khas Betawi. Terutama yang paling mahsyur adalah semur jengkol yang terkenal ke seantero Nusantara. Sebabnya adalah tokoh pak Ogah dalam serial boneka Si Unyil –tayang di TVRI pada era 80 hingga 90-an– yang sering menyebut semur jengkol sebagai masakan kesukaannya.

Selain itu, sebagai salahsatu kuliner legendaris ibukota, konon lahirnya olahan semur jengkol juga menggambarkan wajah Jakarta di masa lalu yang masyarakatnya –Betawi– memang gemar menanam pohon jengkol di pekarangan rumah. Seperti di wilayah Pondok Gede dan Lubang Buaya yang sekarang dikenal sebagai dua daerah pengolah semur jengkol paling enak di Jakarta.

BacaJuga

No Content Available

Sayangnya, menurut sejarawan JJ Rizal, memang tidak ada catatan resmi dan spesifik terkait awal mula pemanfaatan buah jengkol untuk konsumsi masyarakat Nusantara. Termasuk masyarakat Betawi di ibukota.

Uniknya, jaring alias jengkol dulunya identik dengan makanan masyarakat miskin, pinggiran, dan kelas bawah. Ini karena bau khas buahnya yang kurang sedap. Apalagi bau tidak sedap pada urin setelah diolah dan diproses oleh pencernaan –terutama jika dimakan segar sebagai lalap.

Tanaman asli dan khas kawasan tropis Asia Tenggara ini mempunyai nama berbeda-beda di tiap daerah atau negara. Seperti sebutan jengkol atau “erring” di Jawa, “lubi” di Sulawesi, “jariang” di Minangkabau –Sumatera Barat, “jaring” di Lampung, “joring” atau “jering” di Batak –Sumatera Utara, juga sebutan “jering” di Malaysia, “da nyin thee” di Myanmar, dan “luk-nieng” atau “luk neang” di Thailand.

Suku Banjar sendiri sejak lama mempunyai budaya kuliner ikonik berbahan dasar dari jaring atau jengkol yang juga telah melegenda, yaitu jaring tahi lala. Uniknya, kuliner ini bukanlah untuk lauk atau sayur elemen teman makan nasi laiknya semur jengkol khas Betawi. Tapi lebih sebagai kudapan, penganan, atau bisa juga disebut sebagai camilan.

Kudapan jaring tahi lala khas olahan suku Banjar ini memiliki keunikan lain. Yaitu klaim tidak adanya jejak bau dan rasa khas jaring atau jengkol yang tersisa pada hasil jadi kudapannya. Sehingga, masyarakat yang sebelumnya phobia atau bahkan trauma dengan bau dan rasa khas jaring bisa lebih menikmatinya dengan nyaman. [red]

Tags: BanjarJengkolTahi Lala

Bagikan:

SAMARINDA

Raperda RTRW Kota Samarinda Dibahas Lagi
Samarinda

Raperda RTRW Kota Samarinda Dibahas Lagi

3 Februari 2023 | 12:49
Warga Usulkan Pembangunan TPU di Sido Damai Samarinda

Warga Usulkan Pembangunan TPU di Sido Damai Samarinda

by Redaksi
2 Februari 2023 | 06:33

Markaca Jaring Aspirasi Warga Sungai Kapih, Samarinda

Markaca Jaring Aspirasi Warga Sungai Kapih, Samarinda

by Redaksi
2 Februari 2023 | 00:28

Aturan Tempat Parkir di Samarinda bakal Disusun

Aturan Tempat Parkir di Samarinda bakal Disusun

by Redaksi
31 Januari 2023 | 15:39

DPRD Samarinda Rumuskan Perda Minuman Alkohol Tahun Ini

DPRD Samarinda Rumuskan Perda Minuman Alkohol Tahun Ini

by Redaksi
31 Januari 2023 | 07:50

Home Kaltim

Tahi Lala, Jengkol Khas Kalimantan, Pernah Coba?

Tahi Lala, Jengkol Khas Kalimantan, Pernah Coba?

Tahi Lala, Jengkol Khas Kalimantan, Pernah Coba?

Bagikan:

RedaksibyRedaksi
30 September 2021 | 19:23

newsborneo.id – Sejauh ini, barangkali jengkol identik dengan kuliner khas Betawi. Terutama yang paling mahsyur adalah semur jengkol yang terkenal ke seantero Nusantara. Sebabnya adalah tokoh pak Ogah dalam serial boneka Si Unyil –tayang di TVRI pada era 80 hingga 90-an– yang sering menyebut semur jengkol sebagai masakan kesukaannya.

Selain itu, sebagai salahsatu kuliner legendaris ibukota, konon lahirnya olahan semur jengkol juga menggambarkan wajah Jakarta di masa lalu yang masyarakatnya –Betawi– memang gemar menanam pohon jengkol di pekarangan rumah. Seperti di wilayah Pondok Gede dan Lubang Buaya yang sekarang dikenal sebagai dua daerah pengolah semur jengkol paling enak di Jakarta.

BacaJuga

No Content Available

Sayangnya, menurut sejarawan JJ Rizal, memang tidak ada catatan resmi dan spesifik terkait awal mula pemanfaatan buah jengkol untuk konsumsi masyarakat Nusantara. Termasuk masyarakat Betawi di ibukota.

Uniknya, jaring alias jengkol dulunya identik dengan makanan masyarakat miskin, pinggiran, dan kelas bawah. Ini karena bau khas buahnya yang kurang sedap. Apalagi bau tidak sedap pada urin setelah diolah dan diproses oleh pencernaan –terutama jika dimakan segar sebagai lalap.

Tanaman asli dan khas kawasan tropis Asia Tenggara ini mempunyai nama berbeda-beda di tiap daerah atau negara. Seperti sebutan jengkol atau “erring” di Jawa, “lubi” di Sulawesi, “jariang” di Minangkabau –Sumatera Barat, “jaring” di Lampung, “joring” atau “jering” di Batak –Sumatera Utara, juga sebutan “jering” di Malaysia, “da nyin thee” di Myanmar, dan “luk-nieng” atau “luk neang” di Thailand.

Suku Banjar sendiri sejak lama mempunyai budaya kuliner ikonik berbahan dasar dari jaring atau jengkol yang juga telah melegenda, yaitu jaring tahi lala. Uniknya, kuliner ini bukanlah untuk lauk atau sayur elemen teman makan nasi laiknya semur jengkol khas Betawi. Tapi lebih sebagai kudapan, penganan, atau bisa juga disebut sebagai camilan.

Kudapan jaring tahi lala khas olahan suku Banjar ini memiliki keunikan lain. Yaitu klaim tidak adanya jejak bau dan rasa khas jaring atau jengkol yang tersisa pada hasil jadi kudapannya. Sehingga, masyarakat yang sebelumnya phobia atau bahkan trauma dengan bau dan rasa khas jaring bisa lebih menikmatinya dengan nyaman. [red]

Tags: BanjarJengkolTahi Lala

Bagikan:

Tentang Kami

Redaksi

Pedoman Siber

Privacy Policy

Disclaimer

Tentang Kami  |  Redaksi  |  Pedoman Siber

Privacy Policy  |  Dislaimer

COPYRIGHT © 2023 NEWSBORNEO.ID, ALL RIGHT RESERVED
Managed by Aydan Putra

Add New Playlist

04 Februari 2023 - 00:24

Kanal

Home

Kaltim

    Samarinda

    Balikpapan

    Bontang

Nasional

Internasional

Olahraga

Ragam

Visual

    Videografi

    Infografis

Kolom

About Us | Pedoman Siber | Disclaimer