03 Juni 2023 - 15:47
Search
Close
  • Home
  • Kaltim
    • Samarinda
    • Bontang
    • Balikpapan
  • Nasional
  • Internasional
  • Olahraga
  • Ragam
  • Visual
    • Videografi
    • Infografis
  • Kolom
Menu
  • Home
  • Kaltim
    • Samarinda
    • Bontang
    • Balikpapan
  • Nasional
  • Internasional
  • Olahraga
  • Ragam
  • Visual
    • Videografi
    • Infografis
  • Kolom
03 Juni 2023 - 15:47
Search
Close
  • Home
  • Kaltim
    • Samarinda
    • Bontang
    • Balikpapan
  • Nasional
  • Internasional
  • Olahraga
  • Ragam
  • Visual
    • Videografi
    • Infografis
  • Kolom
  • Home
  • Kaltim
    • Samarinda
    • Bontang
    • Balikpapan
  • Nasional
  • Internasional
  • Olahraga
  • Ragam
  • Visual
    • Videografi
    • Infografis
  • Kolom
Search
Close
  • Home
  • Kaltim
    • Samarinda
    • Bontang
    • Balikpapan
  • Nasional
  • Internasional
  • Olahraga
  • Ragam
  • Visual
    • Videografi
    • Infografis
  • Kolom
  • Home
  • Kaltim
    • Samarinda
    • Bontang
    • Balikpapan
  • Nasional
  • Internasional
  • Olahraga
  • Ragam
  • Visual
    • Videografi
    • Infografis
  • Kolom
Home Kolom

Kefasihan dari Diam

Kefasihan dari Diam

Kefasihan dari Diam

Suriadi Said, Ketua PWI Bontang

Bagikan:

RedaksibyRedaksi
17 April 2021 | 10:21

MUNGKIN kita memang perlu mempelajari gramatikanya kebisuan. Mungkin sesuatu yang tengah terjadi bila kata-kata berhenti dan keadaan berdiam diri tiba-tiba menegahi suatu dialog. Pada saat itu kita mungkin lengah atau tak peduli untuk menangkap maknanya. Atau kita cukup peka.

Komunikasi memang tidak selamanya terjadi hanya karena dua mulut menerocos bersahut-sahutan. Ada sesuatu yang disebut oleh Ivan Illich sebagai “the eloquency of silence”. Yakni, kefasihan dari diam. “Kata-kata dan kalimat terdiri atas diam yang lebih bermakna daripada bunyi,”, tulisnya dalam Celebration of Awareness.

PILIHAN REDAKSI

Suriadi Said Pimpin Lagi PWI Bontang 2023-2026, Berikut Susunan Pengurusnya

Polres Ajak PWI Bontang Bagi Resep Copywriting di Media Sosial

LBH Alvin

Aktif Peningkatan SDM Wartawan, PWI Bontang Dapat Penghargaan

Sedikit pemikir yang bisa melukiskan pengertian seperti itu dengan jelas, lebih jelas daripada Illich. Baginya, Bahasa adalah ibarat seutas tali kebisuan; bunyi hanya menjadi simpul-simpulnya. Bahasa adalah ibarat sebuah roda: yang menjadi pusat adalah kata-kata yang terucapkan – tapi yang membentuk roda adalah justru ruang-ruang kosong di antara itu.

“Pause-pause yang penuh arti, antara bunyi dan ucapan,” kata Illich pula, menjadi titik-titik bercahaya dalam sebuah ruang hampa yang menakjubkan: bagaikan electron dalam atom. Seperti planet-planet dalam sistem tata surya”. Sayangnya, tak selamanya kita berhasil mengangguk kepada diam.

Bahkan, kita mencoba menggantikan bahasa dengan cara-cara lebih riuh. Misalnya, kegemaran kita pada pengeras suara. Kita bukan saja telah tidak acuh kepada diam dan kebisuan. Kita bahkan telah tidak begitu yakin bahwa kata-kata bisa bergerak sendiri dengan lirih.

Sebenarnya, bila kata-kata adalah bagian dari keberdiam-dirian, yang terdengar bukanlah “ajaran” atau “kuliah”. Sebagai bagian dari kebisuan, kata-kata merupakan bagian dari proses batin. Dengan demikian, mereka merupakan bagian dari seluruh sejarah kepribadian kita.

Kata-kata itu tak cuma menempel di bibir kita, dan karenanya tak kita harapkan akan bisa begitu saja menempel pada diri orang-orang lain. Sebab meeka adalah bagian integral dari laku. Ya, manusia memang bukanlah karet. **

 

Oleh; Suriadi Said
Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Bontang

Tags: Opini PembacaPWI Bontang

Bagikan:

SAMARINDA

Wartawan Senior di Kaltim bakal Terima Penghargaan Kalpataru
Samarinda

Wartawan Senior di Kaltim bakal Terima Penghargaan Kalpataru

1 Juni 2023 | 17:23
Istri Gubernur Kaltim Norbaiti Isran Noor Tutup Usia

Istri Gubernur Kaltim Norbaiti Isran Noor Tutup Usia

by Redaksi
25 Mei 2023 | 23:55

Pedagang Asongan dan Buruh Pasar di Kaltim dapat Jaminan Sosial

Pedagang Asongan dan Buruh Pasar di Kaltim dapat Jaminan Sosial

by Redaksi
25 Mei 2023 | 18:21

Beasiswa Bankaltimtara 2023 Mulai Dibuka, Berikut Persyaratan dan Link Pendaftaran

Beasiswa Bankaltimtara 2023 Mulai Dibuka, Berikut Persyaratan dan Link Pendaftaran

by Redaksi
25 Mei 2023 | 00:12

Membanggakan! Andi Harun Raih Upakarti Artheswara Tinarbuka Kategori Wali Kota Terbaik I

Membanggakan! Andi Harun Raih Upakarti Artheswara Tinarbuka Kategori Wali Kota Terbaik I

by Redaksi
17 Mei 2023 | 21:16

Home Kolom

Kefasihan dari Diam

Kefasihan dari Diam

Kefasihan dari Diam

Suriadi Said, Ketua PWI Bontang

Bagikan:

RedaksibyRedaksi
17 April 2021 | 10:21

MUNGKIN kita memang perlu mempelajari gramatikanya kebisuan. Mungkin sesuatu yang tengah terjadi bila kata-kata berhenti dan keadaan berdiam diri tiba-tiba menegahi suatu dialog. Pada saat itu kita mungkin lengah atau tak peduli untuk menangkap maknanya. Atau kita cukup peka.

Komunikasi memang tidak selamanya terjadi hanya karena dua mulut menerocos bersahut-sahutan. Ada sesuatu yang disebut oleh Ivan Illich sebagai “the eloquency of silence”. Yakni, kefasihan dari diam. “Kata-kata dan kalimat terdiri atas diam yang lebih bermakna daripada bunyi,”, tulisnya dalam Celebration of Awareness.

PILIHAN REDAKSI

Suriadi Said Pimpin Lagi PWI Bontang 2023-2026, Berikut Susunan Pengurusnya

Polres Ajak PWI Bontang Bagi Resep Copywriting di Media Sosial

LBH Alvin

Aktif Peningkatan SDM Wartawan, PWI Bontang Dapat Penghargaan

Sedikit pemikir yang bisa melukiskan pengertian seperti itu dengan jelas, lebih jelas daripada Illich. Baginya, Bahasa adalah ibarat seutas tali kebisuan; bunyi hanya menjadi simpul-simpulnya. Bahasa adalah ibarat sebuah roda: yang menjadi pusat adalah kata-kata yang terucapkan – tapi yang membentuk roda adalah justru ruang-ruang kosong di antara itu.

“Pause-pause yang penuh arti, antara bunyi dan ucapan,” kata Illich pula, menjadi titik-titik bercahaya dalam sebuah ruang hampa yang menakjubkan: bagaikan electron dalam atom. Seperti planet-planet dalam sistem tata surya”. Sayangnya, tak selamanya kita berhasil mengangguk kepada diam.

Bahkan, kita mencoba menggantikan bahasa dengan cara-cara lebih riuh. Misalnya, kegemaran kita pada pengeras suara. Kita bukan saja telah tidak acuh kepada diam dan kebisuan. Kita bahkan telah tidak begitu yakin bahwa kata-kata bisa bergerak sendiri dengan lirih.

Sebenarnya, bila kata-kata adalah bagian dari keberdiam-dirian, yang terdengar bukanlah “ajaran” atau “kuliah”. Sebagai bagian dari kebisuan, kata-kata merupakan bagian dari proses batin. Dengan demikian, mereka merupakan bagian dari seluruh sejarah kepribadian kita.

Kata-kata itu tak cuma menempel di bibir kita, dan karenanya tak kita harapkan akan bisa begitu saja menempel pada diri orang-orang lain. Sebab meeka adalah bagian integral dari laku. Ya, manusia memang bukanlah karet. **

 

Oleh; Suriadi Said
Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Bontang

Tags: Opini PembacaPWI Bontang

Bagikan:

Tentang Kami

Redaksi

Pedoman Siber

Privacy Policy

Disclaimer

Tentang Kami  |  Redaksi  |  Pedoman Siber

Privacy Policy  |  Dislaimer

COPYRIGHT © 2023 NEWSBORNEO.ID, ALL RIGHT RESERVED
Managed by Aydan Putra

Add New Playlist

03 Juni 2023 - 15:47

Kanal

Home

Kaltim

    Samarinda

    Balikpapan

    Bontang

Nasional

Internasional

Olahraga

Ragam

Visual

    Videografi

    Infografis

Kolom

About Us | Pedoman Siber | Disclaimer