NEWS BORNEO – Stunting masih menjadi masalah besar di Bontang dengan 1.346 balita yang terkena dampak. Data ini diperoleh dari posyandu Dinas Kesehatan Bontang.
Stunting di Bontang terutama terjadi di wilayah pesisir karena asupan gizi kurang, rendahnya pemahaman pola asuh, dan minimnya perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).
Pemerintah pusat menetapkan target stunting 14 persen, namun angka di Bontang masih 18 persen.
Pemerintah daerah dan DPRD setempat, melalui Anggota Komisi I Adrofdita, menyatakan perlunya upaya ekstra untuk mengatasi stunting, setidaknya mencegah kasus baru. Posbindu harus lebih intensif, perhatian lebih diberikan kepada bayi dan ibu hamil, serta sosialisasi pola hidup sehat dan pemenuhan gizi perlu ditingkatkan.
Adrofdita meminta Pemkot Bontang terus bekerja sama dengan berbagai pihak agar program penanggulangan stunting berjalan efektif dan merata, terutama di wilayah pesisir.
Pemkot Bontang sedang gencar melaksanakan operasi timbang untuk balita sebagai langkah konkret menurunkan stunting.
Kepala DP3AKB Bontang, Eddy Forestwanto, menyatakan bahwa per 5 Juli 2024, 58,48 persen balita telah mengunjungi Posyandu. Prevalensi stunting telah turun dari 19,1 persen pada 29 Juni 2024 menjadi 18 persen.
Eddy menegaskan komitmen mengatasi stunting dengan meningkatkan posbindu, operasi timbang, edukasi, dan sosialisasi pola hidup sehat serta pemenuhan gizi, berharap angka stunting di Bontang terus menurun sesuai target pemerintah pusat. (ADV)