Wisman Naik Drastis, Kaltim Mulai Dilirik Dunia

Redaksi
19 Jun 2025 00:40
Kaltim 0
2 menit membaca

SAMARINDA – Ini kabar yang bisa membuat senyum para pelaku pariwisata di Kalimantan Timur (Kaltim) kembali merekah. Selama April 2025, jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang masuk ke Benua Etam melonjak drastis.

Angkanya: 792 orang. Naiknya: 53,19 persen dibanding bulan sebelumnya.

Dan itu, menurut Badan Pusat Statistik (BPS) Kaltim, adalah yang tertinggi dalam tiga tahun terakhir—sejak Januari 2023.

Semua wisman masuk lewat jalur udara. Tidak ada satu pun lewat laut. Bandara SAMS Sepinggan Balikpapan masih jadi gerbang utama Kaltim dari dunia luar.

Yang paling banyak datang? Brunei Darussalam. Sebanyak 277 orang, atau 34,97 persen dari total kunjungan. Disusul Malaysia (192 orang), Singapura (69), Tiongkok (61), dan Inggris (22).

Secara kawasan, 77,90 persen wisman berasal dari negara ASEAN. Sisanya dari Asia non-ASEAN, Eropa, Amerika, Oseania, bahkan Timur Tengah dan Afrika—meski jumlahnya sangat kecil. Masing-masing cuma 0,13 persen.

Artinya, Kaltim mulai dikenal, meski pelan. Tapi ini sinyal bagus. Apalagi kalau nanti Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara benar-benar jadi magnet dunia.

Di dalam negeri, geliat pariwisata juga makin terasa.

Wisatawan nusantara (wisnas) mencatatkan 3.831 perjalanan selama April 2025. Naik 79,61 persen dari bulan sebelumnya. Bahkan naik 122,47 persen dibanding April tahun lalu.

Hotel pun ikut ketiban rejeki.

Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel berbintang naik tajam. Mencapai 50,69 persen. Naik 14,26 poin dibanding Maret.

Sayangnya, masih lebih rendah dibanding April 2024. Turun 4,18 poin.

Hotel nonbintang juga ikut naik. Tapi tak terlalu tinggi. TPK-nya 23,40 persen, naik sedikit dibanding bulan lalu. Namun tetap lebih rendah dari April tahun lalu.

Rata-rata lama menginap? Untuk hotel berbintang: 1,52 hari. Tamu asing lebih betah. 2,92 hari. Mungkin karena ingin menikmati lebih lama. Atau karena mereka tidak terburu-buru.

Tamu lokal? Standar. 1,50 hari. Kaltim memang belum jadi Bali. Tapi grafiknya sudah mulai naik. Yang dibutuhkan sekarang adalah konsistensi—dan promosi yang cerdas.

[JUN]

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

@media print { .c-float-ad-left { display: none !important; } .c-float-ad-right { display: none !important; } .c-author { display: none !important; } } .c-float-ad-left { display: none !important; } .c-float-ad-right { display: none !important; } .c-author { display: none !important; } .c-also-read { display: none !important; } .single-post figure.post-image { margin: 30px 0 25px; } #pf-content img.mediumImage, #pf-content figure.mediumImage { display: none !important; }