SAMARINDA – Ancaman kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Kalimantan Timur (Kaltim) terus menjadi perhatian serius. Meski tengah menghadapi kemarau basah, potensi bencana ekologis tetap mengintai.
Untuk itu, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) RI menggandeng Pemprov Kaltim menggelar Apel Siaga dan Jambore Penanggulangan Karhutla 2025. Kegiatan berlangsung selama tiga hari, mulai 6–8 Agustus 2025 di kawasan Hutan Pendidikan Universitas Mulawarman (Unmul), Samarinda.
Wakil Menteri KLHK RI, Sulaiman Umar Sidiq, hadir langsung memimpin apel siaga tersebut. Ia menegaskan, Presiden Prabowo Subianto telah menginstruksikan agar seluruh jajaran pemerintah siaga penuh menghadapi musim kemarau tahun ini.
“Meski kemarau bersifat basah, kenaikan suhu tetap bisa memicu karhutla. Presiden sangat konsen dengan isu ini,” kata Sulaiman, Rabu (6/8/2025).
BMKG sebelumnya memprediksi puncak kemarau basah akan terjadi pada Agustus hingga September 2025, disertai kenaikan suhu 0,3 hingga 0,6 derajat Celsius. Hal itu menjadi indikator kuat bahwa risiko kebakaran hutan tetap tinggi.
Menurut Wamen KLHK, sejumlah provinsi seperti Riau, Jambi, Sumsel, dan Kalbar sudah menetapkan status tanggap darurat. Namun untuk Kaltim, statusnya masih siaga.
“Kami berharap Kaltim bisa tetap di posisi siaga dan tidak naik jadi darurat. Tapi itu hanya bisa dicapai lewat kolaborasi semua pihak,” ujarnya.
Selama Januari hingga Juli 2025, tercatat 66 titik hotspot terpantau di Kaltim. Dari jumlah itu, 39 operasi pemadaman telah dilakukan.
Tak hanya aparat, KLHK juga mengajak generasi muda ikut ambil bagian dalam upaya pencegahan karhutla.
“Jambore ini bukan sekadar apel. Ini momentum mengedukasi dan membentuk relawan peduli api dari kalangan muda,” tambah Sulaiman.
Tema yang diusung tahun ini pun menegaskan komitmen tersebut: “Bersatu untuk Kalimantan Timur Bebas Asap”.
Gubernur Kaltim, Rudy Mas’ud, menyampaikan apresiasinya atas dukungan penuh KLHK dalam menjaga hutan Kalimantan.
“Melindungi hutan bukan hanya soal hari ini. Ini soal masa depan anak cucu kita,” ujar Rudy.
Menurutnya, Kalimantan menyimpan kekayaan hayati luar biasa yang harus dijaga bersama. Ia juga menekankan pentingnya penggunaan data yang akurat dalam menentukan langkah pencegahan.
Dalam kegiatan ini, berbagai alat dan kendaraan pemadam taktis ditampilkan. Semua sudah disiapkan jika sewaktu-waktu kebakaran terjadi.
Pesan besar dari kegiatan ini jelas: kolaborasi. Pemerintah pusat, daerah, TNI, Polri, komunitas, dan masyarakat harus bersinergi untuk mencegah bencana.
“Mari kita jaga bumi Indonesia, terutama Kalimantan. Jangan sampai kita menyesal karena lalai,” tutup Rudy Mas’ud.
Tidak ada komentar