Dana Transfer Dikabarkan Turun Rp500 Miliar, Bontang Tetap Gas Proyek Multiyears

Redaksi
13 Agu 2025 21:10
2 menit membaca

BONTANG – Isu penurunan dana transfer sebesar Rp500 miliar tak membuat langkah Pemkot Bontang surut. Wali Kota Bontang, Neni Moerniaeni, menegaskan program pembangunan tetap berjalan sesuai Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD).

Hingga kini, kata Neni, belum ada laporan resmi dari Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) terkait kabar tersebut.

“Suratnya juga belum ada. Itu masih prediksi,” ujarnya, Rabu (13/8/2025).

Meski ada kabar penurunan transfer, target pendapatan daerah justru akan dinaikkan menjadi Rp3,2 triliun pada tahun depan.

“Kalau kita pasang target rendah, nanti hasilnya rendah betul. Kalau Rp3,2 triliun tidak tercapai, kita bisa jelaskan alasannya, seperti transfer atau Dana Bagi Hasil (DBH) menurun,” tegasnya.

Bagi Neni, optimisme adalah kunci. Sebab, dari situlah lahir inovasi untuk memaksimalkan pendapatan daerah. “Kalau dari awal pesimis, nanti tidak ada inovasi,” tambahnya.

Neni mengakui, pemangkasan dana transfer tak hanya dialami Bontang. Daerah lain di Indonesia juga terdampak karena kebijakan pemerintah pusat.

Namun, ia memastikan sektor pendidikan tetap aman. Anggaran pendidikan sudah diatur minimal 20 persen sesuai undang-undang. “Apalagi sekarang fungsi pendidikan lebih luas lagi,” jelasnya.

Program pembangunan multiyears tetap berlanjut. Salah satunya penanganan banjir rob yang menjadi prioritas.

“Kalau proyek tiga tahun, target saya satu setengah tahun sudah bisa dinikmati masyarakat,” ungkapnya.

Selain itu, pengembangan Danau Kanaan juga dikebut. Danau ini punya banyak fungsi: sumber air bersih, destinasi wisata, pencegah banjir, dan bagian dari urban tourism atau wisata kota.

“Kalau Bontang tidak dipersiapkan dari sekarang, nanti terlambat. Mumpung ada program visi-misi, mudah-mudahan bisa terealisasi,” harapnya.

Berbeda dengan daerah lain yang memilih pinjaman untuk menutup kekurangan dana, Bontang mengambil langkah berbeda.

“Kalau daerah lain kekurangan dana, mereka pinjam dari luar. Tapi Bontang tidak mau. Yang ada, kita manfaatkan dan maksimalkan,” tutup Neni. (FR)

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

@media print { .c-float-ad-left { display: none !important; } .c-float-ad-right { display: none !important; } .c-author { display: none !important; } } .c-float-ad-left { display: none !important; } .c-float-ad-right { display: none !important; } .c-author { display: none !important; } .c-also-read { display: none !important; } .single-post figure.post-image { margin: 30px 0 25px; } #pf-content img.mediumImage, #pf-content figure.mediumImage { display: none !important; }