Bontang Produksi 160 Ton Sampah Sehari

Redaksi
6 Jun 2025 18:43
2 menit membaca

BONTANG – Kamis pagi (5/6), halaman parkir kawasan mangrove Berbas Pantai mendadak ramai. Lebih dari seratus orang berkumpul. Ada pegawai pemerintah, pelajar, aktivis lingkungan, sampai warga sekitar. Mereka hadir bukan untuk senam pagi, tapi untuk sebuah misi: perang melawan sampah plastik.

Apel peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia tahun 2025 digelar Pemerintah Kota Bontang. Dipimpin langsung Wali Kota Bontang, Neni Moerniaeni.

Ia datang dengan semangat. Berbicara lantang. Mengajak semua pihak menjaga kebersihan. “Mulai dari diri sendiri,” katanya. “Kalau bekas makanan tidak ada tempat sampah, jangan buang sembarangan. Kantongi dulu. Bawa pulang.”

Pesan itu sederhana. Tapi tegas. Sesuai dengan komitmen program 100 hari kerjanya: membangun budaya bersih dari rumah.

Apel ini hanya awal. Usai upacara, semua peserta langsung bergerak. Menyisir kawasan mangrove. Lalu menyusuri jalanan menuju Masjid Assalam. Mereka memunguti sampah, terutama plastik. Dalam diam, mereka bekerja. Dalam peluh, mereka menanam harapan.

Dalam amanatnya, Neni menyebut Indonesia—termasuk Bontang—sudah masuk kategori darurat sampah. “Hari ini kita ikut aksi serentak seluruh Indonesia. Bersihkan plastik. Sekarang!” serunya.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup Bontang, Heru Triadmojo, menambahkan data mencengangkan. Produksi sampah harian kota ini mencapai 160 ton. Sekitar 18 persen di antaranya adalah plastik. Jika dibiarkan, ini bom waktu.

“Mulai dari hulu. Kurangi sampah sejak di rumah. Jangan tunggu di tempat pembuangan akhir,” kata Heru.

Pesan Heru dan Wali Kota senada: jangan remehkan plastik. Sekali terbuang sembarangan, bisa mengendap ratusan tahun.

Peserta apel dan aksi bersih-bersih berjumlah sekitar 140 orang. Mereka datang dari berbagai latar belakang. Ada siswa-siswi sekolah Adiwiyata. Ada relawan Saka Kalpataru. Ada perwakilan bank sampah. Ada juga pegiat lingkungan dan warga lokal.

Semua membawa satu tekad: hentikan sampah plastik. Mulai hari ini. Mulai dari sini.

Kawasan mangrove Berbas Pantai dipilih bukan tanpa alasan. Di sinilah paru-paru kota tumbuh. Jika rusak karena plastik, ekosistem ikut hancur. [RED]

3 Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

@media print { .c-float-ad-left { display: none !important; } .c-float-ad-right { display: none !important; } .c-author { display: none !important; } } .c-float-ad-left { display: none !important; } .c-float-ad-right { display: none !important; } .c-author { display: none !important; } .c-also-read { display: none !important; } .single-post figure.post-image { margin: 30px 0 25px; } #pf-content img.mediumImage, #pf-content figure.mediumImage { display: none !important; }