Smart Dryer System, Inovasi Baru yang Selamatkan Panen Talas Beneng di Samboja

Redaksi
4 Des 2025 16:33
Kaltim 0
8 menit membaca

KUKAR – Tim dosen dari Konsorsium Perguruan Tinggi Vokasi Kaltim (Polnes dan Politani Samarinda) memberikan solusi riset terapan teknologi tepat guna untuk menjawab tantangan produktivitas daun talas beneng yang dihadapi Kelompok Tani Trimas di Desa Bukit Raya, Kecamatan Samboja, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.

Tim peneliti dari program berdikari yang di support LPDP dan bidang Minat saintek dari kemendiktisaintek beranggotakan Surahman, PhD, Said Keliwar, M.Sc. Dr Prapdopo, Ani Fatmawati, M.T. Adnan Putra Pratama, M.Sc. Pandhu Rochman Suosa, M.Sc merancang dan membangun Smart Dryer System. Alat ini menjadi alternatif pengering bahan baku talas beneng selain panas Matahari, sekaligus jadi solusi saat musim hujan.dengan integrase system IoT dalam pengaturan suhu,kelembaban dan sensor o2.

Teknologi ini bekerja dengan prinsip efek rumah kaca, memerangkap panas matahari di dalam bangunan transparan sehingga suhu pengeringan lebih tinggi, stabil, dan prosesnya lebih cepat. Alat ini juga melindungi talas beneng dari, debu, dan kontaminan lainnya, sehingga produk akhir menjadi lebih higienis dan berdaya saing.

Melalui program Berdikari dari LPDP dan Minat Saintek Kemendiktisaintek, tim memberikan demonstrasi penggunaan unit alat pengering modern tipe Smart Dryer System dalam acara diseminasi yang digelar pada Senin 1 Desember 2025. Kegiatan ini merupakan bagian dari Program Berdikari tahun 2025 yang didanai oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi melalui skema riset terapan berdampak pendanan dari LPDP.

Teknologi ini bekerja dengan prinsip efek rumah kaca, memerangkap panas matahari di dalam bangunan transparan sehingga suhu pengeringan lebih tinggi, stabil, dan prosesnya lebih cepat. Alat ini juga di integrasikan dengan system IoT untuk memantau suhu, kelembaban, kadar bau untuk melindungi bahan baku talas beneng dari hujan, debu, dan kontaminan lainnya, sehingga produk akhir menjadi lebih higienis dengan kadar air yang optimal dan berdaya saing untuk kualitas ekspor.

Kelompok tani Trimas Bukit Raya, yang menjadi motor penggerak ekonomi bagi masyarakat, khususnya petani dengan fokus usaha pengolahan daun talas beneng. Namun, proses produksi mereka kerap terkendala pada tahap pengeringan. Ketergantungan pada metode pengeringan tradisional membuat proses menjadi kurang efisien, membutuhkan waktu lama, dan potensi gagal panen sangat tinggi, terutama saat musim hujan tiba.

“Kami melihat potensi ekonomi yang cukup besar dari usaha daun talas beneng ini karena bernilai tinggi komoditi ekspor tetapi ada satu hambatan kritis di proses pascapanen,yakni pengeringan” ujar Ketua Tim Berdikari Surahman. PhD, di sela-sela acara.
Optimalisasi Produksi

Ketua Kelompok Tani Trimas Edi Suwignyo, mengungkapkan rasa syukurnya atas program tersebut. Baginya, teknologi ini adalah jawaban dari permasalahan yang telah lama mereka hadapi. “Kami sangat berterima kasih kepada tim dosen polnes dan politani samarinda serta pemerintah. Selama ini, kalau sudah mendung apalagi hujan, kami was-was. Talas beneng yang sudah dirajang bisa-bisa gagal kering dan terbuang,” ungkap wignyo.

Dengan teknologi ini, Kelompoktani trimas bukit raya bisa terus memproduksi talas beneng kapan pun. Prosesnya jadi lebih pasti, lebih cepat, dan hasilnya lebih bersih. Ini sangat memotivasi kami para petani untuk terus sukses dan memberikan manfaat kepada masyarakat.

Penerapan budidaya tanaman talas beneng yang baik dan benar ( GAP) oleh petani di kabupaten kutai kartanegara telah mulai menunjukkan hasil, hal ini terbukti dicapainya peningkatan produksi talas beneng kita di Kabupaten Kutai Kartanegara. Selanjutnya perlu upaya yang lebih inovatif di tahapan pasca panen. Smart Dryer System yang merupakan inovasi pengeringan hasil pertanian yang merupakan terobosan baru guna memangkas waktu yang diperlukan untuk pengeringan yang biasanya dilakukan oleh petani.

Tim dosen dari Konsorsium Perguruan Tinggi Vokasi Kaltim ( Polnes dan Politani Samarinda) memberikan solusi riset terapan teknologi tepat guna untuk menjawab tantangan produktivitas daun talas beneng yang dihadapi Kelompok Tani Trimas di Desa Bukit Raya, Kecamatan Samboja, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Tim peneliti dari program berdikari yang di support LPDP dan bidang Minat saintek dari kemendiktisaintek beranggotakan Surahman, PhD, Said Keliwar, M.Sc. Dr Prapdopo, Ani Fatmawati, M.T. Adnan Putra Pratama, M.Sc. Pandhu Rochman Suosa, M.Sc merancang dan membangun Smart Dryer System. Alat ini menjadi alternatif pengering bahan baku talas beneng selain panas Matahari, sekaligus jadi solusi saat musim hujan.dengan integrase system IoT dalam pengaturan suhu,kelembaban dan sensor o2.

Teknologi ini bekerja dengan prinsip efek rumah kaca, memerangkap panas matahari di dalam bangunan transparan sehingga suhu pengeringan lebih tinggi, stabil, dan prosesnya lebih cepat. Alat ini juga melindungi talas beneng dari, debu, dan kontaminan lainnya, sehingga produk akhir menjadi lebih higienis dan berdaya saing.

Dengan metode pengeringan secara tradisional seperti pengeringan di pinggir jalan, di halaman rumah petani sering dihadapkan pada kontaminasi pada hasil panen mereka, seperti air hujan, debu, sinar / cahaya ultraviolet. Akibat dari faktor tersebut 30 – 50 % hasil mereka tidak bisa mencapai nilai pasar, dan tidak memiliki nilai ekonomis. Dengan Smart Dryer System kerugian dari para petani dapat kurangi sampai dengan 55 % hal ini berdampak pada peningkatan kesejahteraan petani. Kubah (Dome) berfungsi seperti rumah kaca, dengan konstruksi lembar polycarbonate, sehingga suhu di dalam kubah bisa ditingkatkan sampai dengan 100% bahkan dilakukan inovasi system IoT untuk mengetahui real time kondisi suhu, kelembaban dan kadar o2 , dibandingkan dengan suhu di luar. Kipas kecil membantu sirkulasi udara dan menghilangkan uap air dari pengering (Dryer).

Selain itu lembar policarbonate dapat melindungi hasil panen dari sinar UV yang dapat merusak bahan organik pada produk talas beneng seperti warna, komponen kimia, aroma dan lain-lain. Semoga daun talas beneng mendapat tempat di setiap insan pencinta rokok di nusantara.

Smart Dyrer System Inovasi Tim dosen Polnes dan Politani Samarinda merupakan teknologi pengeringan menggunakan tenaga matahari dalam bangunan berbentuk kubah. Bahan yang digunakan untuk kubah ini adalah polycarbonate, yang dapat bertahan hingga 10 hingga 30 tahun. Lantai dome terbuat dari beton atau semen sehingga suhu panas merata dan tidak bocor. Teknologi sederhana ini sangat membantu petani dan pelaku usaha, karena proses pengeringan menjadi lebih mudah dan efisien.

Pengeringan adalah salah satu teknologi sederhana untuk memperpanjang daya tahan produk talas beneng dengan menjaga kualitas yang baik. Selama ini, petani dan pelaku usaha di Indonesia umumnya mengandalkan sinar matahari langsung dalam proses pengeringan. Namun, metode tradisional ini memiliki kelemahan, seperti risiko kerusakan produk akibat hujan, serangga, burung, dan jamur.

Tim dosen dari Konsorsium Perguruan Tinggi Vokasi Kaltim ( Polnes dan Politani Samarinda) memberikan solusi riset terapan teknologi tepat guna untuk menjawab tantangan produktivitas daun talas beneng yang dihadapi Kelompok Tani Trimas di Desa Bukit Raya, Kecamatan Samboja, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Tim peneliti dari program berdikari yang di support LPDP dan bidang Minat saintek dari kemendiktisaintek beranggotakan Surahman, PhD sebagai ketua Tim, Said Keliwar, M.Sc. Dr Prapdopo, Ani Fatmawati, M.T. Adnan Putra Pratama, M.Sc. Pandhu Rochman Suosa, M.Sc merancang dan membangun Smart Dryer System. Alat ini menjadi alternatif pengering bahan baku talas beneng selain panas Matahari, sekaligus jadi solusi saat musim hujan.dengan integrase system IoT dalam pengaturan suhu,kelembaban dan sensor o2.

Teknologi ini bekerja dengan prinsip efek rumah kaca, memerangkap panas matahari di dalam bangunan transparan sehingga suhu pengeringan lebih tinggi, stabil, dan prosesnya lebih cepat. Alat ini juga melindungi talas beneng dari, debu, dan kontaminan lainnya, sehingga produk akhir menjadi lebih higienis dan berdaya saing.

Wakil Direktur Bidang Humas dan Kerjasama Polnes Said Keliwar, M.Sc, menekankan pentingnya menjaga kualitas dan kebersihan produk selama proses pengeringan. Selain itu, teknologi ini dapat membantu meningkatkan nilai tambah produk, seperti daun talas beneng, serta memperpanjang masa simpan produk hasi pertanian. Hal ini disampaikan saat kunjungannya saat diseminasi pada senin (1/12/2025).

“teknologi riset terapan berbasis pengering tenaga matahari ini harus dimanfaatkan secara optimal oleh petani dan pelaku usaha berbahan baku pertanian dan lainnya, untuk menghasilkan produk berkualitas yang bisa dipasarkan hingga luar daerah dan ekspor,” ujar Keliwar.

Dalam kunjungan tersebut, Tim Dosen Polnes dan Politani Samarinda diterima oleh pengurus Kelompok Tani Trimas Desa Bukit Raya Kecamatan Samboja , Kukar, Kaltim, dengan menjelaskan manfaat penggunaan smart dryer system dibandingkan dengan metode pengeringan tradisional.

“Penggunaan smart dyrer system sangat membantu dalam mengeringkan daun talas beneng. Hasilnya merata hingga ke bagian dalam, talas beneng menjadi kuning segar, tidak berjamur, dan lebih higienis serta terhindar dari serangga,” ujar Soib, salah satu pengurus Kelompok tani trimas.

Surahman, PhD selaku ketua Tim menambahkan bahwa material polycarbonate pada smart dryer system memiliki peran penting dalam menjaga mutu produk talas beneng dan komoditi pertanian lainnya. Keunggulan alat ini, selain umur simpan yang lebih lama, juga aroma produk yang tetap kuat, rasa yang tidak berubah, dan mutu yang terjaga dengan integrase solar panel, system IoT untuk pemantauan suhu, kelembaban dan sensor bau o2.

“Ketika pintu dome dibuka, aroma sedap talas beneng langsung terasa, mantap!” kata Surahman, PhD sambil tersenyum.

Anggota Tim Adnan dan Pandhu dari Politani Samarinda menjelaskan bahwa proses pengeringan dengan solar dryer dome hanya membutuhkan waktu kurang dari 3 hari, dengan tingkat kekeringan mencapai 90-100%. Semua hasil pengeringan dapat dimanfaatkan tanpa ada yang busuk atau terbuang sehingga prinsip zero waste dan penerapan integrasi pertanian berjalan optimal. (*)

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

@media print { .c-float-ad-left { display: none !important; } .c-float-ad-right { display: none !important; } .c-author { display: none !important; } } .c-float-ad-left { display: none !important; } .c-float-ad-right { display: none !important; } .c-author { display: none !important; } .c-also-read { display: none !important; } .single-post figure.post-image { margin: 30px 0 25px; } #pf-content img.mediumImage, #pf-content figure.mediumImage { display: none !important; }