Waspada Virus Hanta! Begini Gejala, Penularan, dan Cara Mencegahnya

Redaksi
19 Jun 2025 18:03
Ragam 0
3 menit membaca

KALTIM – Kasus positif Virus Hanta ditemukan di Kabupaten Bandung Barat. Penyakit langka ini disebabkan oleh infeksi dari air liur, urine, atau kotoran tikus yang membawa virus.

Virus Hanta termasuk dalam kategori zoonosis, yaitu penyakit yang ditularkan dari hewan ke manusia.

Meskipun jarang, infeksi ini sangat berbahaya. Tingkat kematian pada sindrom paru akibat hantavirus (HPS) bisa mencapai 40 persen, sedangkan pada demam berdarah dengan gagal ginjal (HFRS), berkisar 5–15 persen.

Bagaimana Penularan Virus Hanta?

Seseorang bisa terinfeksi Virus Hanta melalui beberapa cara, di antaranya:

  • Menghirup debu yang tercemar urine atau kotoran tikus
  • Menyentuh benda atau makanan yang terkontaminasi virus
  • Digigit tikus
  • Menyentuh mata, hidung, atau mulut setelah bersentuhan dengan permukaan terpapar

Penularan antar manusia sangat jarang terjadi.

Beberapa kelompok yang lebih berisiko terpapar:

  • Tinggal di lingkungan dengan populasi tikus tinggi
  • Bekerja di bidang konstruksi, gudang, atau pengendalian hama
  • Sering beraktivitas luar ruang seperti berkemah, berburu, atau mendaki gunung

Gejala Virus Hanta yang Perlu Diwaspadai

Gejala biasanya muncul 1–8 minggu setelah terpapar. Ada dua jenis infeksi utama:

1. Hantavirus Pulmonary Syndrome (HPS)
Gejala awal:

  • Demam
  • Nyeri otot
  • Mual dan muntah
  • Sakit kepala
  • Kelelahan
  • Diare

Gejala lanjut:

  • Sesak napas
  • Batuk parah
  • Detak jantung cepat
  • Nyeri dada
  • Edema paru (pembengkakan paru-paru)

2. Hemorrhagic Fever with Renal Syndrome (HFRS)

Gejala awal:

  • Demam tinggi
  • Nyeri punggung dan perut
  • Pandangan kabur
  • Wajah memerah
  • Ruam di kulit

Gejala lanjut:

  • Tekanan darah turun drastis
  • Gangguan ginjal akut
  • Perdarahan
  • Syok

Jika Anda baru saja kontak dengan tikus atau bekerja di tempat berisiko, dan mulai merasakan gejala seperti di atas—jangan tunda ke dokter.

Penanganan dini sangat penting untuk mencegah komplikasi berat seperti gagal ginjal atau kematian.

Diagnosis dilakukan melalui:

  • Tes darah dan urine
  • Rontgen atau CT Scan (untuk mengecek paru-paru)
  • Tes serologi dan PCR untuk mendeteksi virus secara spesifik

Belum ada obat khusus untuk membunuh Virus Hanta.

Namun, pasien bisa sembuh dengan penanganan intensif seperti:

  • Bantuan alat pernapasan (ventilator)
  • Cairan infus dan elektrolit
  • Obat antivirus seperti ribavirin (untuk kasus HFRS)
  • Cuci darah (untuk gagal ginjal)
  • Pemasangan alat ECMO (untuk HPS berat)

Lama pemulihan bisa bervariasi, dari 2 minggu hingga 6 bulan, tergantung jenis infeksi dan keparahan kondisi pasien.

Cara Mencegah Virus Hanta

Meski belum ada vaksin, pencegahan bisa dilakukan dengan:

  • Menjaga kebersihan lingkungan dari sarang tikus
  • Rajin mencuci tangan
  • Menyimpan makanan di tempat tertutup
  • Menggunakan alat pelindung saat membersihkan gudang atau tempat berdebu
  • Menghindari kontak langsung dengan tikus atau cairannya

Ingat! Virus Hanta memang langka, tapi bisa berakibat fatal. Waspadai lingkungan sekitar, jaga kebersihan, dan jangan anggap remeh gejala awal.

[RED]

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

slotoppo


agen bola online


Mix Parlay


Judi Bola


Mix Parlay


judi bola


pola jam hoki mahjong black scatter surabaya raih 688 juta

gates of olympus 1000 meledak 912 juta pemain medan

scatter wild emas 7 kali beruntun pemain bali 555 juta

gold bonanza ngamuk 10 putaran semarang raup 701 juta

trik putaran ganjil mahjong black scatter yogyakarta 599 juta

pola gelap olympus 1000 kakek merah palembang 834 juta

25 spin gold bonanza scatter bombardir makassar 645 juta

mahjong black scatter mode sultan menang 750 juta malang

scatter emas turun terus bandung barat dapat 489 juta

gates of olympus 1000 petir merah strategi lampung 950 juta

@media print { .c-float-ad-left { display: none !important; } .c-float-ad-right { display: none !important; } .c-author { display: none !important; } } .c-float-ad-left { display: none !important; } .c-float-ad-right { display: none !important; } .c-author { display: none !important; } .c-also-read { display: none !important; } .single-post figure.post-image { margin: 30px 0 25px; } #pf-content img.mediumImage, #pf-content figure.mediumImage { display: none !important; }