Soal nutrisi, beras Adan juga memiliki nilai tambah. Sesuai dengan keterangan Badan Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP) yang dilansir dari Berita Satu, beras adan hitam memiliki kandungan mineral berupa fosfor, kalsium, dan zat besi yang jauh lebih tinggi daripada beras hitam lain.
Beras adan juga memiliki kadar protein 9,3 persen yang lebih tinggi dari rata-rata 6 persen protein pada beras. Sementara kandungan vitamin B2 tinggi ada pada beras adan merah.
Keunggulan beras adan juga terletak pada seluruh proses produksinya yang terbebas dari penggunaan bahan kimia, baik dalam bentuk pupuk maupun pestisida. Sebagai gantinya, produksi yang dilakukan hanya sekali dalam setahun tersebut tidak terlepas dari bantuan kerbau.
Sebelum sawah ditanami, kerbau dibiarkan beraktivitas di sawah untuk mencari rumput, berkubang, dan menginjak-nginjak tanah. Kotoran yang dihasilkan oleh kerbau kemudian menjadi pupuk alami bagi tanah, sampai-sampai disebut sebagai ‘makanan padi adan.’ Saat panen, tenaga kerbau kembali digunakan untuk mengangkut hasil panen.
Petani adan juga tidak perlu menyiangi rumput untuk merawat padi seperti di tempat lain. Yang diperlukan adalah mengatur irigasi agar sawah terus tergenang sampai panen tiba. Di sini, peran vital dari kelestarian lingkungan terutama hutan untuk memastikan ketersediaan sumber daya air bagi pertanian.
Keunggulan Beras Adan
Krayan sendiri termasuk dari wilayah Taman Nasional Kayan Mentarang yang merupakan kawasan konservasi terluas di Pulau Kalimantan. Kearifan dalam proses tersebut tidak terlepas dari budaya agraris masyarakat Dayak Lundayeh di Krayan yang begitu menghargai sumber daya tanah dan padi.
Bahkan, terdapat upacara pade fra, yaitu pemberkatan gereja pada benih padi sebelum proses menanam. Sejak dahulu, masyarakat setempat juga telah menggunakan beras dalam sistem barter untuk ditukar dengan komoditas dari daerah lain.
Berbagai keunggulan tersebut membuat beras adan populer di negeri tetangga, seperti Malaysia dan Brunei Darussalam. Konon, Sultan Brunei pun memfavoritkan beras adan.
Para pembeli dari kedua negara tersebut bahkan langsung mendatangi petani di Krayan untuk mendapatkan harga beras sekitar Rp250.000 per 15 kilogram. Sampai-sampai banyak yang memasarkan beras adan sebagai produk asli Sarawak, Malaysia.
Padahal, percobaan menanam padi adan pernah dilakukan di luar wilayah dan hasilnya gagal. Begitu juga saat varietas padi lain ditanam di Krayan. Rupanya, kecocokan kandungan tanah di Krayan dengan padi menjadi faktor penentu.
Karenanya, Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual Kementrian Hukum dan HAM Indonesia telah memberikan sertifikat Indikasi Geografis (IG) pada beras adan sejak tahun 2012. Artinya, kualitas produk dipengaruhi oleh faktor lingkungan dari daerah asalnya.
Pandemi COVID-19 memiliki sisi positif untuk mendorong kehadiran beras adan di pasar dalam negeri yang selama ini belum menjadi prioritas. Saat perbatasan Malaysia-Indonesia di Krayan ditutup karena lockdown, penjualan beras yang awalnya menargetkan Sarawak beralih ke kota-kota di Kalimantan Utara, seperti Tarakan dan Malinau.
Beras pun dinilai dengan harga yang lebih tinggi di dalam negeri. Kini, beras Adan semakin mudah dijangkau oleh konsumen Indonesia lewat penjualan di berbagai e-commerce. **