SAMARINDA – Ikatan Dokter Anak Indonesia Kalimantan Timur (IDAI Kaltim) terus bergerak melawan stunting. Lewat program Pediatric Social Responsibility (PSR), mereka turun langsung ke lapangan.
Setelah menggelar penyuluhan untuk kader kesehatan di Gedung PKK Kaltim Jumat (8/8), rangkaian kegiatan berlanjut sehari kemudian.
IDAI menggelar bakti sosial dan skrining tumbuh kembang anak di Puskesmas Lok Bahu, Kecamatan Sungai Kunjang, Samarinda, Sabtu (9/8).
Ketua IDAI Kaltim, Diane Meytha Supit, menegaskan peran vital kader posyandu. “Kader adalah garda terdepan. Mereka berinteraksi langsung dengan ibu hamil, ibu menyusui, dan orang tua balita,” ujarnya.
Diane mengingatkan, keterampilan membaca buku KIA, menimbang, dan mengukur tinggi badan dengan benar wajib dikuasai.
“Kalau pengukuran keliru, anak sehat bisa tercatat stunting, atau sebaliknya. Data akurat penting untuk penanganan tepat,” jelasnya.
Skrining kali ini dilakukan serentak di 10 kabupaten/kota di Kaltim. Lok Bahu dipilih menjadi pusat kegiatan karena jumlah balita stuntingnya cukup tinggi.
“Hari ini ada sekitar 100 anak yang diskrining ulang di Lok Bahu,” kata Diane.
Program PSR mendapat dukungan penuh dari Dinas Kesehatan setempat, tenaga medis puskesmas, dan dokter spesialis anak IDAI.
Daerah pelosok seperti Mahakam Ulu yang minim tenaga spesialis pun mendapat layanan melalui program Wajib Kerja Dokter Spesialis (WKDS).
Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinkes Samarinda, Rudy Agus Riyanto, menilai kolaborasi lintas profesi sangat penting.
“Angka stunting di Samarinda 20,2 persen. Target kami tahun 2029 turun menjadi 18,3 persen, di bawah target nasional 19 persen. Kalau programnya konsisten, saya optimistis bisa lebih cepat,” ucapnya.
Rudy menambahkan, dukungan media juga krusial. “Diskes tidak bisa bekerja sendiri,” tegasnya.
Lewat PSR, IDAI Kaltim berharap jangkauan layanan kesehatan anak makin luas. Terutama di wilayah dengan angka stunting tinggi. Misinya: membangun generasi Kaltim yang sehat, kuat, dan bebas stunting. [PK/DIAS]
Tidak ada komentar