

KUTAI TIMUR — Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kutai Timur menggelar Bimbingan Teknis (Bimtek) Pengintegrasian Aksi Adaptasi dan Mitigasi Perubahan Iklim serta Penguatan Kelembagaan Masyarakat, berlangsung selama tiga hari, 28–30 November 2025, di Royal Victoria Hotel Sangatta.
Kegiatan ini diikuti 50 kepala desa dari 15 kecamatan, dan dibuka oleh Sekretaris DLH Kutim, Andi Palesangi, mewakili Kepala DLH, Aji Wijaya.
Andi menekankan bahwa dampak perubahan iklim kini sudah nyata di tingkat desa, terlihat dari cuaca ekstrem dan frekuensi bencana yang meningkat. Ia mengingatkan pentingnya gerakan kolektif antara pemerintah dan masyarakat desa untuk menghadapi tantangan ini.
“Perubahan iklim sudah dirasakan semua. Kita harus siap dengan upaya nyata. Bukan hanya pemerintah, masyarakat desa juga harus terlibat aktif,” ujarnya.
Salah satu program unggulan yang didorong DLH adalah Program Kampung Iklim (Proklim), yang mendorong desa dan kelurahan untuk menjaga lingkungan melalui pengelolaan sampah, penghijauan, efisiensi energi, pengelolaan air, hingga pencegahan bencana. Program ini juga dapat didukung melalui Dana Desa, termasuk penghijauan dan pemanfaatan energi terbarukan.
Selain itu, DLH Kutim menyiapkan bantuan bibit tanaman buah dan pupuk bagi desa-desa, yang akan mulai ditanam pada 2026 sebagai bagian dari program penghijauan.
Kepala Bidang Penataan dan Pengembangan Kapasitas Lingkungan Hidup, Nurahmi Asmalia, menjelaskan, bimtek menghadirkan dua narasumber dari Pusat Pengendalian Lingkungan Hidup Kalimantan, yaitu Fatimah Asih Nur’aini dan Yanthi Wednida Lumban Gaol, agar aparatur desa mampu mengintegrasikan strategi adaptasi dan mitigasi perubahan iklim ke dalam program pembangunan desa.
“Target kami, setelah bimtek, desa bisa menyesuaikan kegiatan mereka dengan program adaptasi dan mitigasi. Sehingga jumlah Kampung Iklim di Kutai Timur terus bertambah,” kata Nurahmi.
Hingga 2025, Kutim memiliki 16 Kampung Iklim aktif, dengan empat kampung lainnya menunggu SK dari Kementerian Lingkungan Hidup.
DLH berharap melalui program ini, desa-desa di Kutim tidak hanya mampu bertahan menghadapi perubahan iklim, tetapi juga tumbuh menjadi komunitas tangguh, sehat, dan berkelanjutan. (Adv)
Tidak ada komentar