Diskes Kaltim: Status Endemi Bukan Berarti COVID-19 Hilang

Redaksi
14 Jun 2025 07:17
Kaltim 0
2 menit membaca

SAMARINDA – Dinas Kesehatan Kalimantan Timur (Diskes Kaltim) mengingatkan masyarakat untuk tidak lengah terhadap ancaman COVID-19. Meskipun status pandemi telah dicabut dan berubah menjadi endemi, virusnya masih ada.

Hingga Juni 2025, tercatat 67 kasus baru COVID-19 di Indonesia. Kasus terbanyak ditemukan di Jakarta, Surabaya, dan Banten.

“Status endemi bukan berarti virusnya hilang. Seperti flu dan DBD, COVID-19 akan terus ada,” ujar Kepala Bidang P2P Dinkes Kaltim, Setyo Budi Basuki, dalam forum Waspada Gelombang Baru COVID-19 di Kaltim, Jumat (13/6/2025).

Basuki menjelaskan, surat edaran dari pusat sudah dikirim ke seluruh provinsi. Tujuannya: meningkatkan kewaspadaan dan kesiapan fasilitas kesehatan.

Seluruh rumah sakit diminta menyiapkan kembali ruang isolasi yang sempat nonaktif. Puskesmas pun diminta siaga menghadapi kemungkinan lonjakan kasus.

“Kami imbau fasilitas kesehatan untuk kembali aktifkan ruang isolasi. Siapkan SOP penanganan pasien COVID-19,” jelasnya.

Pemantauan Gejala Diperketat

Seluruh kabupaten dan kota di Kaltim juga diminta memperketat pemantauan. Terutama terhadap gejala demam dan flu berat yang bisa mengarah ke COVID-19.

“Kalau ada gejala mirip influenza, jangan diabaikan. Segera periksakan diri,” kata Basuki.

Ia menekankan pentingnya menjaga daya tahan tubuh sebagai benteng utama melawan virus. Menurutnya, keseimbangan antara tubuh (host), lingkungan (environment), dan virus (agent) sangat menentukan.

“Kalau tubuh kita kuat, virus sulit masuk. Tapi kalau lingkungan kotor dan tubuh lemah, virus bisa menang,” ucapnya.

Karena itu, masyarakat diminta menjaga pola makan, olahraga rutin, dan menjaga kebersihan lingkungan.

Jangan Panik, Tapi Tetap Waspada

Basuki juga mengingatkan masyarakat agar tidak panik jika ada anggota keluarga yang positif COVID-19. Pemeriksaan dini dan isolasi mandiri masih menjadi langkah penting.

“Kita sudah punya pengalaman di 2020. Sekarang kita lebih siap. Yang penting, jangan lengah,” tegasnya.

Ia juga mengingatkan bahwa mereka yang sehat dan tidak punya penyakit penyerta umumnya bisa pulih tanpa komplikasi. Namun lansia dan orang dengan daya tahan tubuh rendah tetap harus lebih waspada.

[DIAS]

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

@media print { .c-float-ad-left { display: none !important; } .c-float-ad-right { display: none !important; } .c-author { display: none !important; } } .c-float-ad-left { display: none !important; } .c-float-ad-right { display: none !important; } .c-author { display: none !important; } .c-also-read { display: none !important; } .single-post figure.post-image { margin: 30px 0 25px; } #pf-content img.mediumImage, #pf-content figure.mediumImage { display: none !important; }