Wawali Bontang: Guru dan Siswa di Sidrap Butuh Kepastian

Redaksi
4 Agu 2025 20:10
2 menit membaca

BONTANG – Anak-anak di Sidrap masih datang ke sekolah setiap pagi. Mereka tetap belajar. Tapi para guru menyimpan kegelisahan. Bukan soal ujian, bukan juga soal kurikulum. Yang jadi masalah: wilayah tempat mereka mengabdi belum jelas masuk ke mana—Bontang atau Kutai Timur?

Persoalan batas wilayah itu sudah bertahun-tahun belum selesai. Bagi mereka ini bukan urusan administrasi. Tapi, menyangkut rasa aman dan kepastian pendidikan.

Wakil Wali Kota Bontang, Agus Haris, mengaku sangat memahami keresahan tersebut. Bukan hanya karena dia pemimpin daerah, tapi juga karena ia pernah mengajar di SD Yayasan Bina Karya Sidrap.

“Saya pernah jadi guru di sana. Jadi saya tahu betul bagaimana rasanya,” ujarnya, Senin (4/8/2025).

SD Bina Karya kini menjadi potret nyata pendidikan yang berjalan di atas garis abu-abu. Tiap hari guru dan siswa seolah bertanya dalam hati: kami ini bagian dari Bontang atau Kutim?

Meski demikian, Pemerintah Kota Bontang tetap memberi perhatian penuh. Sekolah-sekolah di Sidrap—baik SD maupun SMP—tetap mendapatkan dukungan.

“Kita tetap urus. Meski wilayahnya masih diperdebatkan, anak-anak tetap harus belajar,” kata Agus Haris yang akrab disapa AH.

Agus Haris menegaskan, bila polemik batas wilayah sudah tuntas, pihaknya akan mempercepat pembangunan sarana pendidikan di Sidrap.

“Kalau masalah ini selesai, SD dan SMP Bina Karya akan kita bangun ulang. Fasilitasnya akan diperbaiki,” janjinya.

Menurut AH, konflik batas ini bukan cuma soal siapa yang berhak menarik pajak. Bukan pula sekadar tarik-menarik kekuasaan antardaerah.

“Ini soal warga. Soal identitas mereka. Mereka sudah lama merasa bagian dari Bontang. Dan itu harus kita perjuangkan,” tegasnya.

Selama polemik belum selesai, dunia pendidikan di Sidrap tetap berjalan dalam situasi serba tanggung. Guru tetap mengajar. Siswa tetap datang. Tapi suasananya jauh dari ideal.

Agus Haris berharap, semua pihak terkait bisa segera duduk bersama dan menyelesaikan persoalan ini.

“Saya cuma bisa bilang kepada guru dan siswa: sabar dulu. Kami akan terus perjuangkan,” pungkasnya. (FR)

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

@media print { .c-float-ad-left { display: none !important; } .c-float-ad-right { display: none !important; } .c-author { display: none !important; } } .c-float-ad-left { display: none !important; } .c-float-ad-right { display: none !important; } .c-author { display: none !important; } .c-also-read { display: none !important; } .single-post figure.post-image { margin: 30px 0 25px; } #pf-content img.mediumImage, #pf-content figure.mediumImage { display: none !important; }