SANGATTA – Fenomena mengejutkan terungkap dari data Badan Pusat Statistik (BPS) Kutai Timur (Kutim). Di tengah tekanan ekonomi dan mahalnya harga bahan pokok, rokok justru menjadi pengeluaran terbesar bagi masyarakat berpenghasilan rendah.
Dalam laporan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Maret 2024, kelompok masyarakat Kutim dengan 40 persen pengeluaran terbawah rata-rata mengalokasikan 8,40 persen belanja bulanan untuk rokok dan tembakau.
Ketua Tim Statistik BPS Kutim, Hendro Budiyono, melalui stafnya Fatma Nur Aini, menyebut warga berpenghasilan rendah bisa mengeluarkan hingga Rp20 ribu per hari hanya untuk rokok.
“Dalam seminggu sudah Rp140 ribu hanya untuk rokok. Sementara belanja beras justru lebih sedikit,” ujar Fatma, Selasa (19/8/2025).
Data BPS mencatat, rata-rata pengeluaran untuk rokok mencapai Rp103.749 per kapita per bulan. Angka ini lebih tinggi dibandingkan pengeluaran beras yang hanya Rp100.343 per kapita per bulan.
Dengan kata lain, rokok masih lebih diprioritaskan daripada kebutuhan pokok rumah tangga.
BPS juga mengungkap tingkat konsumsi rokok masyarakat Kutim sangat tinggi. Rata-rata warga usia 15 tahun ke atas menghabiskan 126,8 batang rokok per minggu.
Menariknya, kelompok menengah justru mencatat konsumsi paling tinggi, yakni 135,1 batang per minggu. Disusul kelompok atas dengan 132,8 batang, dan kelompok terbawah 114 batang per minggu.
“Kalau dilihat dari pendidikan, warga dengan latar belakang SD ke bawah malah lebih banyak merokok dibandingkan mereka yang tamat SMP ke atas,” jelas Fatma.
Fenomena ini semakin ironis jika dikaitkan dengan garis kemiskinan Kutim per Maret 2024 yang berada di angka Rp753 ribu per kapita per bulan. Angka itu jauh lebih tinggi dibandingkan rata-rata nasional yang hanya Rp582.932.
Artinya, biaya hidup di Kutim memang lebih mahal. Namun, kelompok masyarakat miskin tetap mengalokasikan sebagian besar pengeluarannya untuk rokok. Kondisi ini dinilai ikut memperberat beban ekonomi keluarga.
“BPS memang tidak menentukan siapa yang miskin secara nama dan alamat. Tapi survei terhadap 640 rumah tangga di seluruh kecamatan memberi gambaran umum pola konsumsi masyarakat,” pungkas Fatma. (HAF)
Tidak ada komentar