Raja Singa Tak Lagi Soal ‘Nakal’, Siapa Saja Bisa Terinfeksi

Redaksi
15 Jun 2025 01:02
Ragam 0
2 menit membaca

KALTIM – Penyakit ini punya nama yang terdengar kuno: raja singa. Tapi jangan salah. Ia masih menghantui banyak orang hingga hari ini. Nama ilmiahnya sifilis—dan faktanya, bukan hanya soal gaya hidup bebas.

Menurut Kementerian Kesehatan RI, ada lebih dari 23 ribu kasus sifilis di Indonesia pada 2024. Itu baru yang tercatat. Sisanya? Bisa jadi lebih banyak, karena penyakit ini sering tak bergejala.

Sifilis adalah infeksi menular seksual (IMS) yang disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum. Penularannya bisa terjadi lewat hubungan seksual, baik vaginal, oral, maupun anal. Tapi—dan ini yang penting—penyakit ini tidak hanya menyerang mereka yang dianggap “berisiko”.

“Sifilis gak pilih-pilih. Yang gak ‘nakal’ pun bisa kena,” tulis akun Instagram resmi Kemenkes RI, Sabtu (14/6/2025).

Penyakit ini bisa menjangkiti siapa saja. Bahkan yang merasa hidupnya baik-baik saja, setia pada pasangan, atau jarang berhubungan seksual sekalipun. Kenapa? Karena kadang luka atau gejalanya begitu ringan, nyaris tak terasa. Tapi dampaknya? Bisa mematikan.

Jika tidak segera diobati, sifilis bisa menyerang otak, jantung, mata, bahkan bisa menular dari ibu ke janin. Tak sedikit penderita yang baru sadar setelah kondisinya parah. Dan lebih buruknya lagi, luka sifilis bisa menjadi pintu masuk bagi virus HIV.

Empat Tahapan Sifilis

1. Sifilis Primer

Gejalanya? Luka kecil seperti sariawan, tidak nyeri. Muncul di sekitar kelamin, mulut, atau anus. Biasanya terjadi 10–90 hari setelah terinfeksi.
Banyak yang mengira ini luka biasa, dan karena tidak sakit, diabaikan begitu saja.

2. Sifilis Sekunder

Beberapa minggu setelah luka hilang, muncul ruam merah di telapak tangan atau kaki. Kadang disertai kutil di sekitar mulut dan alat kelamin.
Bisa sembuh sendiri, tapi bakteri belum mati.

3. Sifilis Laten

Tahapan ini tanpa gejala. Diam-diam, bakteri bersembunyi di tubuh selama bertahun-tahun. Tapi penderita masih bisa menularkan.

4. Sifilis Tersier

Ini fase paling berbahaya. Muncul 10–30 tahun setelah infeksi pertama. Merusak organ vital secara permanen: jantung, otak, hingga saraf.

Karena gejalanya tak selalu kentara, satu-satunya cara aman adalah tes rutin IMS. Terutama bagi yang aktif secara seksual. Deteksi dini bisa menyelamatkan hidup—dan mencegah penularan lebih luas.

Sifilis memang penyakit lama. Tapi tantangan penanganannya tetap baru. Masih banyak yang malu memeriksakan diri, enggan berbicara soal seks, atau merasa “sudah pasti aman”.

Padahal, sifilis tak kenal status. Tak pandang moral. Tak peduli gaya hidup. Dan karena itu, edukasi publik jadi senjata utama.

[DIAS]

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

@media print { .c-float-ad-left { display: none !important; } .c-float-ad-right { display: none !important; } .c-author { display: none !important; } } .c-float-ad-left { display: none !important; } .c-float-ad-right { display: none !important; } .c-author { display: none !important; } .c-also-read { display: none !important; } .single-post figure.post-image { margin: 30px 0 25px; } #pf-content img.mediumImage, #pf-content figure.mediumImage { display: none !important; }