PEMKOT Bontang bergerak usai program andalannya “Rantang Kasih” tuai kritikan. Rapat evaluasi dilakukan di Kantor Wali Kota Bontang, Kelurahan Bontang Lestari, Rabu (11/5/2022).
Evaluasi dipimpin langsung Wakil Wali Kota Bontang, Najirah. Adapula; Sekretaris Daerah (Sekda) Aji Erlynawati, Kepala Dinas Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat (Dissos-PM) Bahtiar Mabe serta perwakilan Dinas Kesehatan.
Masalah menu jadi sorotan. Kelayakan makanan untuk penerima Rantang Kasih, 88 orang lanjut usia (lansia) diminta disajikan lebih layak dan bisa menggugah selera makan para usia lanjut.
“Tolong sajian menunya bisa menarik menggugah selera makan. Terpenting memperhatikan standar kesehatan dan gizi,” tegas Najirah mengutip pranala.co.
Najirah juga meminta agar kelompok masyarakat (Pokmas) selaku pengelola makanan diminta kooperatif dan tidak sembarangan memberikan menu kepada 88 lansia.
32 lansia di Kecamatan Bontang Selatan dan masing-masing 28 lansia dari Bontang Utara dan Bontang Barat.
Bukan itu saja. Soal rincian anggaran pun dibahas. Apalagi Senin (9/5/2022) lalu Kejaksaan Negeri Bontang memanggil Kepala Dinas Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat (Kadissos-PM) Bahtiar Mabe.
Pemanggilan itu untuk meminta klarifikasi soal transparansi anggaran yang dikucurkan senilai Rp 2 Miliar untuk program Rantang Kasih. Terkait anggaran, Bahtiar Mabe pun memaparkannya.
Dia bilang, seiring pengajuan Rancangan Anggaran Belanja (RAB) dari tiga Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM), anggaran susut jadi Rp 1,6 miliar. Total kontrak swakelola rantang kasih Rp 1.612.217.200.
Rinciannya sebagai berikut;
1. Belanja sembako Rp 1.041.217.600
2. Bayar air, listrik, dan gas Rp 20.430.000
3. Pengadaan rantang dan keranjang Rp 22.440.000
4. Peralatan Rp 14.100.000
5. Biaya pengantaran (Asumsi 4 petugas) Rp 240.000.000
6. Upah Pokmas Rp 184.500.000
7. Biaya rapat Pokmas Rp 5.940.000
8. Biaya ATK, laporan dan dokumentasi Pokmas Rp 31.306.800
Sedikit mengingatkan. Program rantang kasih mulai berjalan sejak 1 Maret 2022 lalu. Proses pelaksanaan melalui swakelola tipe 4 yang dimana penyaluran berada di Kelompok Masyarakat (Pokmas).
Sebelum melaksanakannya, Pemkot melakukan studi banding ke dua daerah yang telah melaksanakan program Rantang Kasih. Yakni, Surabaya dan Banyuwangi. Dari kunjungan itu, Pemkot mencari formula yang tepat terkait mekanisme program itu. Baik dari segi regulasi maupun teknis.
Dari dua daerah itu didapatkan dua skema yang berpotensi dipilih terkait pengadaannya. Mencakup swakelola atau belanja langsung pengadaan. Sementara untuk mekanisme tender dipandang sulit. Sebab membutuhkan waktu berbulan-bulan. Keunggulan swakelola dan belanja langsung pengadaan itu bisa memberdayakan UMKM yang ada.
Jika Surabaya memakai skema swakelola. Berbeda, Banyuwangi menerapkan belanja langsung pengadaan. Dijelaskan dia, salah satu bentuk pemberdayaan UMKM ialah terkait pengantaran. Di salah satu daerah di atas memberdayakan ojek online untuk mengantarkan Rantang Kasih (paket makanan) kepada lansia. (red)
Satu komentar tentang “Najirah Minta Menu “Rantang Kasih” Bisa Gugah Selera Makan”