Inflasi Penajam Paser Utara Melonjak 0,88 Persen, Balikpapan Masih Alami Deflasi Kurun Juli

Redaksi
12 Agu 2025 21:58
Kaltim 0
2 menit membaca

BALIKPAPAN – Kota Balikpapan mencatat deflasi tipis sebesar 0,01 persen pada Juli 2025. Kondisi ini berbanding terbalik dengan Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) yang justru mengalami inflasi tinggi 0,88 persen pada periode yang sama.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Balikpapan, Robi Ariadi, menjelaskan bahwa secara tahunan, Balikpapan masih mencatat inflasi 1,85 persen. Angka ini lebih rendah dibanding inflasi nasional 2,37 persen dan gabungan empat kota di Kaltim yang mencapai 2,08 persen.

Inflasi Januari hingga Juli 2025 sebesar 2,15 persen. Masih dalam sasaran nasional 2,5 persen ±1 persen,” ujar Robi, Selasa (12/8/2025).

Robi menyebut, kelompok transportasi menjadi penyumbang utama deflasi dengan andil 0,23 persen. Lima komoditas terbesar penekan harga adalah angkutan udara, air kemasan, kacang panjang, bayam, dan sawi hijau.

Penurunan tarif pesawat terjadi berkat kebijakan PPN Ditanggung Pemerintah (PPN DTP) dengan diskon 6 persen pada Juni–Juli 2025. Sementara harga air kemasan turun karena distribusi kembali normal.

Sayuran seperti kacang panjang, bayam, dan sawi hijau juga ikut turun harga akibat pasokan melimpah dan distribusi lancar.

Meski deflasi terjadi, kelompok makanan, minuman, dan tembakau tetap memberi tekanan inflasi sebesar 0,15 persen. Tomat, cabai rawit, beras, bawang merah, dan mobil menjadi penyumbang terbesar.

Harga tomat naik karena hujan berkepanjangan yang menekan produksi. Cabai rawit dan bawang merah mahal akibat kemarau basah di sentra produksi Sulawesi dan Jawa Timur. Sementara harga mobil terdorong kebijakan distributor pasca kenaikan BBM per 1 Juli 2025.

Berbeda dengan Balikpapan, PPU mencatat inflasi tinggi 0,88 persen pada Juli 2025. Inflasi tahunan di daerah ini mencapai 3,26 persen, melampaui rata-rata nasional dan Kaltim.

Kelompok makanan, minuman, dan tembakau berkontribusi besar, yakni 0,82 persen. Tomat, cabai rawit, semangka, daging ayam ras, dan beras jadi pemicu utama.

Namun, beberapa komoditas mengalami penurunan harga, seperti ikan layang atau benggol, sawi hijau, buncis, kangkung, dan ketimun. Penurunan ini dipicu musim panen sayur dan masa puncak tangkap ikan pelagis.

Survei Konsumen Juli 2025 menunjukkan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Balikpapan berada di angka 134,5. Memang turun dari 137,3 di bulan sebelumnya, namun masih di atas 100. Artinya, optimisme masyarakat tetap kuat.

Prakiraan hujan berkelanjutan di sentra produksi dan gelombang laut tinggi diprediksi akan mengganggu pasokan pangan dan perikanan. Kondisi ini diperparah oleh permintaan yang tetap tinggi.

Robi menegaskan, BI akan terus bersinergi melalui Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP). Tujuannya menjaga inflasi tetap dalam target 2,5 persen ±1 persen pada 2025, sekaligus menjalankan peta jalan pengendalian inflasi daerah 2025–2027. (RIL/DIAS)

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

@media print { .c-float-ad-left { display: none !important; } .c-float-ad-right { display: none !important; } .c-author { display: none !important; } } .c-float-ad-left { display: none !important; } .c-float-ad-right { display: none !important; } .c-author { display: none !important; } .c-also-read { display: none !important; } .single-post figure.post-image { margin: 30px 0 25px; } #pf-content img.mediumImage, #pf-content figure.mediumImage { display: none !important; }