BALIKPAPAN — Sebelas jari tangan dan dua kaki terhenti gerak. Tidak karena sakit, tapi karena kekurangan anggota tubuh. Mereka penyandang tunadaksa.
Hari Kamis, 8 Agustus 2025, di kantor DPC Perkumpulan Penyandang Disabilitas Indonesia (PPDI) Balikpapan, 13 kaki palsu diserahkan.
Bukan sekadar alat, tapi harapan baru untuk bergerak lebih bebas.
Wakil Wali Kota Balikpapan, Bagus Susetyo, ikut menyerahkan secara langsung. Dia bilang, ini bukti pemerintah peduli.
“Bantuan kaki palsu ini supaya mereka tak menyerah, tetap percaya diri dan aktif di masyarakat,” kata Bagus.
Dukungan datang bukan hanya dari pemerintah, tapi juga perusahaan swasta. Mereka ikut berkontribusi.
Pemerintah berjanji memberi ruang setara bagi penyandang disabilitas dalam segala aspek.
“Semangat mereka harus terus dijaga. Pemerintah akan fasilitasi supaya manfaatnya maksimal, sama seperti anak-anak lain,” tambah Bagus.
Sementara itu, Kepala Dinas Sosial Kota Balikpapan, Edy Gunawan, menjelaskan prosesnya.
“Setelah pengukuran 10 hari lalu, kaki palsu dibuat di Solo dan Jakarta,” ujarnya.
Dari 13 penerima, ada anak-anak yang masih sekolah dan dewasa.
“Ini baru awal. Tahun depan program ini akan dilanjutkan, dengan alokasi dana untuk pembuatan dan perbaikan kaki palsu,” ujar Edy.
Biaya pembuatan kaki palsu memang tidak murah. Rata-rata puluhan juta rupiah per pasang, tergantung bahan dan jenisnya.
Namun, nilai yang paling penting adalah harapan hidup yang tumbuh kembali.
Pemkot Balikpapan berharap, dengan program ini, penyandang disabilitas makin berdaya, mandiri, dan hidup inklusif.
Langkah kecil, tapi berarti besar. Karena setiap langkah baru berarti kesempatan baru. [SYAHRUL R]
Tidak ada komentar