Samarinda Dorong Tiga Sekolah Raih Status Sekolah Ramah Anak Terstandarisasi 2025

Redaksi
10 Agu 2025 23:19
2 menit membaca

SAMARINDA – Pemerintah Kota Samarinda, Kalimantan Timur (Kaltim), menargetkan tiga sekolah lolos penilaian Sekolah Ramah Anak terstandarisasi dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) pada 2025.

Ketiga sekolah itu adalah SDN 008 Samarinda, SMP Negeri 10 Samarinda, dan SMK Negeri 3 Samarinda.

“Ketiga sekolah ini akan dinilai langsung oleh kementerian. Tujuannya memastikan mana yang layak menjadi Sekolah Ramah Anak terstandarisasi, sebagai bentuk pemenuhan hak dan perlindungan anak di lingkungan pendidikan,” ujar Ketua Tim Hak Sipil Bidang Pemenuhan Hak Anak DP2PA Samarinda, Aji Irma Agustina, Sabtu (9/8/2025).

Proses standardisasi ini, kata Aji Irma, hampir sama seperti akreditasi sekolah. Ada sejumlah indikator yang harus dipenuhi.

Mulai dari kelengkapan sarana dan prasarana, hingga detail teknis di lingkungan sekolah.

“Misalnya arah bukaan pintu harus ke luar, toilet laki-laki dan perempuan tidak boleh bersebelahan, dan tidak ada tanaman berduri di area sekolah,” jelasnya.

Saat ini Samarinda memiliki 171 sekolah yang sudah berstatus Sekolah Ramah Anak melalui Surat Keputusan (SK). Namun, baru satu sekolah – MTs Model – yang berhasil mendapatkan status terstandarisasi.

Ke depan, DP2PA bersama Dinas Pendidikan dan Kebudayaan menargetkan 468 sekolah di Samarinda masuk kategori Sekolah Ramah Anak.

Meski begitu, masih ada pekerjaan rumah besar. Salah satunya adalah kasus perundungan (bullying) yang marak di sekolah.

“Banyak sekolah belum sepenuhnya aman untuk anak-anak. Bullying adalah persoalan serius yang perlu kerja sama semua pihak, termasuk peran orang tua dengan pola asuh yang tepat,” kata Aji Irma.

Sebagai upaya pencegahan, DP2PA Samarinda rutin menggelar sosialisasi anti-bullying ke sekolah-sekolah.

Selain itu, DP2PA juga memiliki Unit Pelaksana Teknis Daerah Perlindungan Perempuan dan Anak (UPTD PPA) yang menyediakan layanan penjangkauan, pendampingan gratis, serta dukungan psikolog profesional bagi korban maupun pelaku.

“Kami ingin sekolah menjadi tempat yang aman, nyaman, dan menyenangkan bagi semua anak,” tegas Aji Irma. [ANT/TIA]

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

@media print { .c-float-ad-left { display: none !important; } .c-float-ad-right { display: none !important; } .c-author { display: none !important; } } .c-float-ad-left { display: none !important; } .c-float-ad-right { display: none !important; } .c-author { display: none !important; } .c-also-read { display: none !important; } .single-post figure.post-image { margin: 30px 0 25px; } #pf-content img.mediumImage, #pf-content figure.mediumImage { display: none !important; }