Iduladha Tanpa Plastik, Warga Balikpapan Diajak Pakai Kemasan Tradisional

Redaksi
6 Jun 2025 01:37
2 menit membaca

BALIKPAPAN – Perayaan Iduladha kerap identik dengan daging. Tapi di Balikpapan, ada yang mengingatkan soal limbahnya. Bukan limbah darah atau tulang—tapi plastik. Banyak. Berton-ton.

Wakil Wali Kota Balikpapan, Bagus Susetyo, angkat bicara. Ia mengimbau agar masyarakat mulai meninggalkan kantong plastik dalam pembagian daging kurban.

“Kalau bisa tidak pakai plastik lagi, itu lebih bagus,” ujarnya, Kamis (5/6).

Bukan larangan. Belum. Tapi ajakan. Persuasif. Mengajak warga untuk lebih ramah lingkungan.

Menurut data Dinas Lingkungan Hidup Balikpapan, volume sampah plastik saat hari raya keagamaan bisa naik hingga 30 persen. Lonjakan itu bukan angka kecil. Apalagi jika dihitung seluruh kota.

Plastik sekali pakai hanya dipakai beberapa menit. Tapi dampaknya bisa ratusan tahun. Itu yang mau dikurangi Bagus.

Alih-alih plastik, ia menyarankan warga menggunakan bahan kemasan tradisional. Besek bambu. Daun pisang. Atau daun jati.

Tak hanya estetik. Tapi juga lestari.

“Makan daging itu sudah jadi kebahagiaan,” katanya. “Tapi alangkah baiknya jika kita juga memperhatikan dampaknya terhadap lingkungan.”

Iduladha, katanya, bisa jadi momentum. Bukan cuma untuk berbagi. Tapi juga untuk berubah.

Ia tidak ingin perayaan besar ini menyisakan tumpukan sampah. Justru ia berharap, kesadaran kolektif bisa tumbuh dari kebiasaan-kebiasaan kecil.

Seperti mengganti plastik dengan daun. “Kita memang belum mewajibkan, tapi ini bentuk kepedulian terhadap lingkungan,” ucapnya.

Bagus yakin, perubahan tidak selalu harus dipaksa. Cukup dicontohkan. Diulang. Lalu jadi budaya.

Iduladha tahun ini, Bagus ingin ada makna lebih. Bukan hanya spiritual. Tapi juga ekologis. Dagingnya boleh dibagi. Tapi bumi jangan dirusak.

Ia berharap, Balikpapan bisa jadi pelopor. Kota yang bukan hanya bersih dari korupsi, tapi juga dari plastik. [RED]

2 Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

@media print { .c-float-ad-left { display: none !important; } .c-float-ad-right { display: none !important; } .c-author { display: none !important; } } .c-float-ad-left { display: none !important; } .c-float-ad-right { display: none !important; } .c-author { display: none !important; } .c-also-read { display: none !important; } .single-post figure.post-image { margin: 30px 0 25px; } #pf-content img.mediumImage, #pf-content figure.mediumImage { display: none !important; }