Tiong Batu Kalimantan, Burung Endemik dengan Suara Mirip Klakson

Redaksi
22 Jun 2022 03:16
3 menit membaca

SAMARINDA, newsborneo.id – Tiong Batu Kalimantan, Burung Endemik dengan Suara Mirip Klakson. Indonesia terdiri dari pulau-pulau membentang dari Sabang sampai Merauke dan termasuk memiliki iklim tropis yang membuat negara ini kaya akan keanekaragaman hayati, terutama bagi spesies burung.

Ada banyak spesies burung yang hidup di Tanah Air, di antaranya adalah jenis-jenis penetap dan burung-burung migran yang berkunjung ke wilayah Indonesia. Mengutip laman Burung.org, Indonesia saat ini memiliki 1812 jenis burung. Angka tersebut mengalami penambahan 18 jenis dibandingkan tahun lalu. Data sampai tahun 2021 menunjukkan ada 532 jenis burung endemik.

Bila dilihat dari status keterancaman, ada 179 jenis burung di Indonesia yang sudah masuk dalam daftar burung terancam punah secara global. 31 di antaranya masuk dalam kategori kritis yaitu selangkah lagi menuju kepunahan, 52 jenis berstatus genting, dan 96 jenis lainnya rentan terhadap kepunahan.

Achmad Ridha Junaid, Biodiversity Conservation Officer Burung Indonesia, mengatakan bahwa tantangan konservasi bagi keanekaragaman burung di Indonesia semakin meningkat. Bahkan, meski telah banyak upaya konservasi dilakukan, sebagian jenis burung tetap mengalami penurunan populasi di alam. Ditambah lagi, ada ancaman berupa deforestasi, perburuan, dan penangkapan burung dari alam.

Salah satu burung endemik yang berada di bawah ancaman kepunahan adalah tiong-batu Kalimantan atau (Pityriasis gymnocephala).

Berkenalan dengan tiong-batu Kalimantan

Dari segi penampilan, tiong batu Kalimantan memiliki ciri khas yang unik. Bisa dilihat di bagian atas kepalanya yang nyaris botak karena hanya ada bulu-bulu tipis warna kuning dan merah terang. Bagian paruhnya memiliki ukuran besar sehingga burung ini tampak begitu sangar dan terdapat tompel hitam di pipinya.

Burung yang dikenal dengan nama Bornean Bristlehead ini memiliki panjang tubuh sekitar 24-26cm. Untuk bulu tubuhnya didominasi warna hitam metalik, sedangkan tengkuk dan pangkal pahanya berwarna merah.

Sebagian ornitholog atau ahli burung menganggap bahwa tiong batu Kalimantan adalah kerabat dari burung gagak, tetapi sebagian lain beranggapan bahwa burung ini termasuk anggota keluarga burung jagal dari Papua. Bahkan, ada juga para ahli yang meyakini spesies ini adalah keluarga bentet dan burung jalak. Namun, di sisi lain ada pendapat bahwa burung ini dikelompokkan sebagai genus sendiri.

Tiong batu Kalimantan hidup di habitat berupa hutan rawa, gambut, kerangas, dan hutan dataran rendah di Kalimantan. Ia juga pernah ditemukan di area hutan dengan ketinggian 1.000 meter dari permukaan laut di sekitar Sabah, Malaysia. Namun, memang sulit menjumpai burung ini karena mereka cenderung pemalu dan sering bersembunyi dari manusia.

Burung endemik ini biasa hidup berkelompok yang terdiri dari tiga sampai 10 individu. Tak selalu sesama spesies, tiong batu Kalimantan juga sering terlihat dalam mixed-flock, rombongan atau kelompok yang terdiri dari berbagai spesies burung. Kerap kali tiong batu Kalimantan yang menjadi pemimpin kelompok.

Untuk bertahan hidup, pakan burung ini adalah serangga seperti kumbang atau hewan-hewan seperti cicak, kecoak, rayap, reptil kecil, laba-laba, dan amfibia.

Salah satu keunikan dari burung ini adalah suaranya. Tiong batu Kalimantan bukan burung pengicau yang baik, suaranya cenderung unik dan aneh. Terkadang terdengar seperti suara klakson, tetapi terdengar menggema seperti orang tertawa terkekeh-kekeh.

Suara-suara ini biasa terdengar ketika mereka sedang terbang bersama kelompoknya dan suasana hutan menjadi ramai dengan suara bersahut-sahutan dan saling berbalas kicauan. Dibanding penampakannya, suara burung ini lebih sering terdengar dibanding terlihat oleh manusia.

Sayangnya, burung endemik Kalimantan ini termasuk spesies yang memiliki status hampir terancam atau Near Threatened (NT). Artinya kelangsungan hidup burung ini sudah mendekati terancam punah. Faktor penyebabnya beragam. Mulai dari laju kerusakan pada hutan dataran rendah di Kalimantan yang disebabkan oleh tingginya pembalakan liar, adanya konversi hutan, serta kebakaran hutan.

Ditambah lagi ada faktor lain berupa kerusakan dan areal hutan yang merupakan habitatnya berkurang menjadi ancaman utama bagi kelangsungan hidup burung tiong batu Kalimantan. Pun belum ada payung hukum yang bisa melindungi kehidupan burung unik ini dari ancaman punah. [gn]

2 Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

@media print { .c-float-ad-left { display: none !important; } .c-float-ad-right { display: none !important; } .c-author { display: none !important; } } .c-float-ad-left { display: none !important; } .c-float-ad-right { display: none !important; } .c-author { display: none !important; } .c-also-read { display: none !important; } .single-post figure.post-image { margin: 30px 0 25px; } #pf-content img.mediumImage, #pf-content figure.mediumImage { display: none !important; }
news-0512-mu

yakinjp


sabung ayam online

yakinjp

yakinjp

yakinjp

rtp yakinjp

yakinjp

yakinjp

yakinjp

yakinjp

yakinjp

yakinjp

yakinjp

yakinjp

yakinjp

judi bola online

slot thailand

yakinjp

yakinjp

yakinjp

yakinjp

yakinjp

ayowin

mahjong ways

judi bola online

8801

8802

8803

8804

8805

8806

8807

8808

8809

8810

8811

8812

8813

8814

8815

8881

8882

8883

8884

8885

8886

8887

8888

8889

8890

8891

8892

8893

8894

8895

8941

8942

8943

8944

8945

8946

8947

8948

8949

8950

8951

8952

8953

8954

8955

9001

9002

9003

9004

9005

9006

9007

9008

9009

9010

9011

9012

9013

9014

9015

8821

8822

8823

8824

8825

8826

8827

8828

8829

8830

8831

8832

8833

8834

8835

8901

8902

8903

8904

8905

8906

8907

8908

8909

8910

8911

8912

8913

8914

8915

8956

8957

8958

8959

8960

8961

8962

8963

8964

8965

8966

8967

8968

8969

8970

9016

9017

9018

9019

9020

9021

9022

9023

9024

9025

9026

9027

9028

9029

9030

8021

8022

8023

8024

8025

8026

8027

8028

8029

8030

8841

8842

8843

8844

8845

8916

8917

8918

8919

8920

8921

8922

8923

8924

8925

8926

8927

8928

8929

8930

8971

8972

8973

8974

8975

8976

8977

8978

8979

8980

8981

8982

8983

8984

8985

9031

9032

9033

9034

9035

9036

9037

9038

9039

9040

9041

9042

9043

9044

9045

8036

8037

8038

8039

8040

8846

8847

8848

8849

8850

8931

8932

8933

8934

8935

8936

8937

8938

8939

8940

8986

8987

8988

8989

8990

8991

8992

8993

8994

8995

8851

8852

8853

8854

8855

8856

8857

8858

8859

8860

8861

8862

8863

8864

8865

8866

8867

8868

8869

8870

8871

8872

8873

8874

8875

8876

8877

8878

8879

8880

8996

8997

8998

8999

9000

9046

9047

9048

9049

9050

9051

9052

9053

9054

9055

10001

10002

10003

10004

10005

10006

10007

10008

10009

10010

10011

10012

10013

10014

10015

10016

10017

10018

10019

10020

10021

10022

10023

10024

10025

10026

10027

10028

10029

10030

news-0512-mu