SAMARINDA — Pertumbuhan ekonomi Kaltim (Kalimantan Timur) mengalami perlambatan signifikan pada awal tahun ini. Badan Bank Indonesia (BI) mencatat ekonomi Kaltim hanya tumbuh 4,08 persen secara tahunan (year-on-year) pada kuartal I 2025.
Padahal, pada periode yang sama tahun sebelumnya, pertumbuhan ekonomi mencapai 6,12 persen.
“Perlambatan ini disebabkan oleh kinerja sektor pertambangan dan konstruksi yang menurun, serta penurunan ekspor dan investasi,” ujar Budi Widihartanto, Kepala Perwakilan BI Kaltim, Senin (30/6/2025).
Salah satu faktor utama penurunan adalah cuaca ekstrem. Hujan deras yang melanda wilayah tambang membuat produksi batu bara terganggu. Ini sangat berdampak, mengingat sektor pertambangan menyumbang lebih dari 35 persen terhadap ekonomi Kaltim.
Selain itu, permintaan batu bara dari China sebagai mitra dagang utama juga menurun.
Sektor konstruksi juga mengalami perlambatan. Hal ini berkaitan dengan telah selesainya sebagian besar infrastruktur dasar Ibu Kota Nusantara (IKN). Selain itu, pagu anggaran pembangunan IKN tahun 2025 juga mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya.
Akibatnya, sumbangan sektor konstruksi terhadap pertumbuhan hanya 0,26 persen yoy.
Hingga kini, ekonomi Kaltim masih ditopang oleh lima sektor utama:
- Pertambangan – 35,34%
- Industri Pengolahan – 19,57%
- Konstruksi – 11,40%
- Pertanian – 9,58%
- Perdagangan – 7,56%
Total kelima sektor ini menyumbang 83,46% dari total Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kaltim.
Meski beberapa sektor utama melambat, industri pengolahan justru mencatat pertumbuhan positif. Hal ini didorong oleh peningkatan produksi pupuk dan bahan kimia anorganik.
Sektor pertanian juga menunjukkan perbaikan karena pergeseran waktu panen dari awal kuartal II tahun lalu ke akhir kuartal I tahun ini.
Adapun sektor perdagangan turut mencatat pertumbuhan berkat tingginya aktivitas ekonomi selama Ramadhan dan Idulfitri.
Berikut kontribusi sektor-sektor yang mendorong pertumbuhan ekonomi Kaltim:
- Industri Pengolahan: +1,56% yoy
- Perdagangan: +0,82% yoy
- Pertanian: +0,39% yoy
- Konstruksi: +0,26% yoy
- Pertambangan: -0,29% yoy
Perlambatan ekonomi tidak hanya terjadi di Kaltim. Secara nasional, pertumbuhan turun dari 5,02% menjadi 4,87%. Sementara di wilayah regional Kalimantan, angka pertumbuhan juga turun dari 5,51% menjadi 4,32% yoy.
“Meski tumbuh melambat, Kaltim masih menjadi motor utama ekonomi Kalimantan dengan kontribusi 46,99% terhadap total ekonomi regional,” jelas Budi. [DIAS]
Tidak ada komentar