Kepala BPS Samarinda, Rosmawati mengungkapkan, inflasi di Kota Tepian– julukan Kota Samarinda, dipengaruhi sejumlah faktor. Mulai dari harga sewa rumah atau indekos, sayur bayam, jual beli kendaraan, harga rokok kretek hingga ikan nila dan susu bubuk.
Fluktuasi harga komoditas tersebut membuat inflasi di Samarinda terkontraksi. Kendati demikian ada juga beberapa harga komoditi yang memberikan dampak deflasi bagi Samarinda seperti angkutan udara, ikan layang, jagung dan daging ayam karena minimnya permintaan.
Meski masih di bawah nasional, namun Rosmawati memperingatkan Pemkot untuk waspada lonjakan permintaan komoditi khususnya sembako sepanjang Maret. Hal ini tidak lepas dari datangnya Bulan Ramadan yang mempengaruhi pola konsumsi masyarakat.
“Dari pengamatan kami, beberapa komoditi di Samarinda harganya sudah mulai naik seperti cabai merah dan rawit, bawang putih dan merah serta tahu dan tempe. Begitu pun ikan mas harganya juga mulai naik, jadi perlu untuk diwaspadai bersama,” ujarnya.
Menanggapi hal tersebut, Wakil Wali Kota Samarinda Rusmadi mengatakan jika fokus Pemkot saat ini adalah menjaga harga pangan. Karena itu, dia mendorong operasi pasar murah dilakukan segera jelang bulan puasa nanti.
“Seperti mobil inflasi yang sudah berjalan di minggu pertama setiap bulan perlu untuk digencarkan. Begitu pun dengan operasi pasar pangan yang mulai berlangsung besok di kantor ketahanan pangan juga perlu digalakkan di 10 Kecamatan,” pinta Wawali.
Ia juga menyambut baik, perkiraan panen cabai di lahan 10 hektare yang tersebar di Samarinda saat masuk bulan Ramadan nanti. Hal itu diharapkan bisa menjaga ketersediaan stok sehingga harga cabai tetap terkendali. (*)