Menawan Nan Cantik Ala Suku Dayak yang Mulai Punah

Redaksi
5 Jun 2025 08:42
4 menit membaca

KALTIM – Kecantikan perempuan Indonesia bisa dilihat dari beberapa perspektif. Apalagi Indonesia kaya akan suku bangsa. Di setiap suku, pastinya memiliki penilaian yang berbeda mengenai kecantikan pada perempuan.

Salah satunya suku Dayak di Kalimantan. Kecantikan perempuan di etnis Dayak ini tidak dinilai dari rupa, tetapi dari telinganya. Suku Dayak memiliki tradisi unik, yaitu menindik telinga dengan anting logam atau emas sebagai simbol kecantikan mereka. Tradisi menindik itu dinamakan telingaan aruu.

Telingaan aruu ini nantinya di setiap logam pada telinganya akan selalu bertambah di tiap tahunnya. Sehingga, lubang telinga pun akan semakin besar dan melebar hingga membuat telinga menjadi memanjang.

Konon, pemasangan anting-anting ini dilakukan sejak bayi. Di awali dengan ritual nucuk penikng atau penindikan daun telinga, dan tentunya anting-anting saat bayi berbeda dengan anting-anting saat dewasa.

Awalnya, proses penindikan memang dilakukan menggunakan jarum, tetapi lubang tindikan mulanya diberi hiasan berupa benang untuk pengganti anting-anting sampai luka tindikan sembuh.

Setelah luka tindikan sembuh, benang akan diganti dengan pintalan kayu gabus, yang seminggu sekali diganti dengan ukuran lebih besar. Dengan cara inilah pintalan kayu gabus menjadi berkembang saat terkena air, sehingga lubang anting-anting pun membesar.

Tradisi Anting Suku Dayak | Foto: aamina1panhwar.blogspot.com

Lubang yang mulai membesar itu barulah digantungi anting-anting berbahan tembaga yang disebut belaong. Jenis anting pada tradisi ini secara umum dibagi menjadi dua, yaitu hisang semhaa dan hisang kavaatHisang semhaa, dipasang di sekeliling lubang daun telinga, sedangkan hisang kavaat dipakai pada lubang daun telinga.

Bagi mereka, ketika telinganya memanjang mereka akan merasa sebagai perempuan yang cantik seutuhnya. Makin panjang telinga, maka akan semakin cantik.

Sebagai simbol kebangsawanan dan kecantikan

Daun telinga yang panjang ini tidak diperuntukkan untuk perempuan Dayak saja, tetapi juga untuk laki-laki. Bagi suku Dayak Kenyah, telinga kuping yang panjang menunjukkan bahwa orang tesebut berasal dari kalangan bangsawan.

Sementara bagi perempuan, telinga yang panjang menunjukkan apakah dia merupakan dari kalangan bangsawan atau budak karena kalah perang atau tidak mampu membayar utang.

Di kalangan masyarakat Dayak Kenyah, pemanjangan kuping daun telinga ini biasanya menggunakan pemberat berupa logam berbentuk lingkaran gelang atau gasing berukuran kecil.

Antara perempuan dan laki-laki tentunya memiliki aturan panjang telinga yang berbeda. Kaum perempuan boleh memanjangkan telinganya hanya sebatas dada, sedangkan laki-laki tidak boleh memanjangkan telinganya melebihi bahunya.

Tak hanya itu, gaya memakai anting yang digunakan juga berbeda-beda. Biasanya tertuju pada perbedaan strata sosial dan jenis kelamin. Untuk kaum bangsawan gaya antingnya tentu tidak boleh dipakai oleh orang-orang biasa.

Sebagai simbol kesabaran dan usia

Suku Dayak Iban lubang telinga lebih membentuk huruf O bukan memanjang, mereka juga mempercayai bahwa pemberat telinga atau anting-anting yang digunakan ini merupakan bentuk latihan kesabaran dan ketahanan akan penderitaan maupun rasa sakit.

Female Dayak Elders With Long Earlobes | Foto: istockphoto.com

Daun telinga yang memanjang nantinya ini dapat memendek setelah belasan tahun hingga puluhan tahun tidak menggunakan hisang kavaat.

Bagi suku Dayak yang berada di desa-desa di hulu Sungai Mahakam, telinga panjang digunakan sebagai identitas yang menunjukkan umur seseorang.

Tidak semua subetnik Dayak di Kalimantan melakukan pemanjangan telinga, hanya ada berapa kelompok suku, diantaranya Dayak kenyah, Kayaan, Iban, dan Taman.

Namun sayangnya, tradisi ini tidak lagi atau jarang dilakukan, khususnya bagi generasi muda Dayak meski mereka tinggal di pedalaman, hanya ada sedikit orang dayak yang masih memiliki telinga panjang, telingaan aruu, umumnya ada pada generasi tua.

Kawan GNFI bisa menemuinya di salah satu kampung Teras Nawang yang dihuni sekitar 700 penduduk. Kampung Teras Nawang ini merupakan kampung pedalaman suku Dayak Kenyah yang berada di Sungai Kelay, Kecamatan Tanjung Palas.

Kehidupan masyarakat di tempat ini masih berjalan berdampingan dengan tradisi dan kultur lokal yang masih lengkap dengan upacara adat dan tari-tarian. Kampung yang baru dibuka pada tahun 1980-an ini memiliki sekitar 20 orang nenek yang memiliki telinga panjang.

Adanya arus modernisasi, identitas telingaan aruu mulai punah. Walaupun Nucuk penikng atau penindikan masih tetap dilakukan, tetapi generasi muda Dayak saat ini lebih memilih perhiasan yang menyerupai daun telinga panjang lengkap dengan hisang kavaat-nya.*

Sumber : Pranala.co

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

@media print { .c-float-ad-left { display: none !important; } .c-float-ad-right { display: none !important; } .c-author { display: none !important; } } .c-float-ad-left { display: none !important; } .c-float-ad-right { display: none !important; } .c-author { display: none !important; } .c-also-read { display: none !important; } .single-post figure.post-image { margin: 30px 0 25px; } #pf-content img.mediumImage, #pf-content figure.mediumImage { display: none !important; }
news-0512-mu

yakinjp


sabung ayam online

yakinjp

yakinjp

yakinjp

rtp yakinjp

yakinjp

yakinjp

yakinjp

yakinjp

yakinjp

yakinjp

yakinjp

yakinjp

yakinjp

judi bola online

slot thailand

yakinjp

yakinjp

yakinjp

yakinjp

yakinjp

ayowin

mahjong ways

judi bola online

8801

8802

8803

8804

8805

8806

8807

8808

8809

8810

8811

8812

8813

8814

8815

8881

8882

8883

8884

8885

8886

8887

8888

8889

8890

8891

8892

8893

8894

8895

8941

8942

8943

8944

8945

8946

8947

8948

8949

8950

8951

8952

8953

8954

8955

9001

9002

9003

9004

9005

9006

9007

9008

9009

9010

9011

9012

9013

9014

9015

8821

8822

8823

8824

8825

8826

8827

8828

8829

8830

8831

8832

8833

8834

8835

8901

8902

8903

8904

8905

8906

8907

8908

8909

8910

8911

8912

8913

8914

8915

8956

8957

8958

8959

8960

8961

8962

8963

8964

8965

8966

8967

8968

8969

8970

9016

9017

9018

9019

9020

9021

9022

9023

9024

9025

9026

9027

9028

9029

9030

8021

8022

8023

8024

8025

8026

8027

8028

8029

8030

8841

8842

8843

8844

8845

8916

8917

8918

8919

8920

8921

8922

8923

8924

8925

8926

8927

8928

8929

8930

8971

8972

8973

8974

8975

8976

8977

8978

8979

8980

8981

8982

8983

8984

8985

9031

9032

9033

9034

9035

9036

9037

9038

9039

9040

9041

9042

9043

9044

9045

8036

8037

8038

8039

8040

8846

8847

8848

8849

8850

8931

8932

8933

8934

8935

8936

8937

8938

8939

8940

8986

8987

8988

8989

8990

8991

8992

8993

8994

8995

8851

8852

8853

8854

8855

8856

8857

8858

8859

8860

8861

8862

8863

8864

8865

8866

8867

8868

8869

8870

8871

8872

8873

8874

8875

8876

8877

8878

8879

8880

8996

8997

8998

8999

9000

9046

9047

9048

9049

9050

9051

9052

9053

9054

9055

10001

10002

10003

10004

10005

10006

10007

10008

10009

10010

10011

10012

10013

10014

10015

10016

10017

10018

10019

10020

10021

10022

10023

10024

10025

10026

10027

10028

10029

10030

news-0512-mu