TANAH GROGOT, newsborneo.id – Tradisi berburu dan meramu Dayak Paser Mului di Kalimantan Timur kian pudar. Pola konsumsi yang berubah dan beralihnya fungsi hutan memengaruhi dan mengancam hilangnya tradisi tersebut. Pola hidup masyarakat adat tersebut berpotensi bakal makin berubah karena dinamika pembangunan, termasuk rencana pemindahan ibu kota negara dari Jakarta ke di Kalimantan Timur.
Perubahan pola hidup Dayak Paser Mului itu terlihat mencolok di meja makan. Saat sayur pakis yang diambil Jahan (53) di kaki Gunung Lumut kemudian dimasak dan dibumbui monosodium glutamate atau MSG. Ikan hasil memancing pun menemani sebagai lauk yang kuahnya juga dibumbui MSG.
”Kalau pakai bumbu ini lebih praktis, rasanya juga enak,” ungkap mama Rodiah, yang memasak pada Sabtu (13/3/2021) siang itu.
Tak hanya di meja makan. Saat siang menghangatkan Dusun Mului, Kabupaten Paser, Kalimantan Timur itu, Umi (19) bersama adiknya, Agus (12), asyik menyantap jeruk bali, buah tangan pamannya saat berkunjung ke desa sebelah. Karena belum matang betul, Umi menambahkan rujak jeruk siang itu dengan micin, garam, gula, dan cabai. ”Supaya rasa asamnya jeruk ini tidak terlalu terasa,” kata Umi mengutip kompas.id
Menurut Kepala Adat Dayak Mului Jidan, kebiasaan menggunakan garam dan gula bungkus sudah jadi kebiasaan sejak mereka mulai menetap di lokasi dusun yang sekarang. Jaraknya lebih kurang 300 kilometer dari Kota Balikpapan, Kalimantan Timur.